Fate;01

5.4K 544 57
                                    

Kim Sunoo memang menyukai hujan dan rinai bisingnya yang mengetuk atap rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Sunoo memang menyukai hujan dan rinai bisingnya yang mengetuk atap rumah. Tetapi ia tidak menyukai rasa dinginnya. Udara dingin selalu membuat kulit putihnya memerah. Itu sebabnya kala udara dingin mulai menyelimuti bumi, ia akan membungkus diri dalam pakaian hangat yang membuatnya terlihat seperti kepompong gendut.

Salahkan saja ukuran tubuhnya yang mungil dan jaket super tebal kesayangannya itu. Belum lagi syal merah yang melilit leher pendeknya, serta topi rajut sebagai pelindung kepala dan sepasang sarung tangan kulit. Ah, benar, sepatu dengan kaos kaki tebalnya harus diabsen juga.

Matahari sudah setinggi pohon pinus tetapi udara dingin dan rintikan hujan di tengah salju tipis menyambutnya kala baru saja turun dari taksi. Sejauh mata memandang, salah satu kota di Rumania yang bernama Brasov itu sangatlah indah. Ada pemandangan gunung Tampa yang menjadi nilai tambah tersendiri. Memang masih kalah gemerlap dari Seoul, tetapi Negara yang terletak di bagian selatan semenanjung Balkan itu selalu memiliki daya tariknya sendiri. Sunoo rasa akan jauh lebih indah saat musim panas tiba dan ia akan jauh lebih menyukainya.

Koper-koper besarnya telah diturunkan. Sopir taksi mengucapkan terimakasihnya dan dijawab kembali oleh Sunoo, lengkap dengan senyum manis yang mengembang. Ia melangkah, mendekati salah satu rumah bergaya lama di pinggiran kota yang asap dari tungku api di dalamnya sedang mengebul tinggi.

Hari ini, ia akan memulai sebuah kisah baru di tempat dan kehidupan baru. Masih sebagai pelajar tingkat akhir yang sama, namun dengan kawan dan bahasa yang berbeda.

Begitu pintu diketuk, seorang pria menyambut Sunoo dengan senyuman mengembang dan mudah sekali menular padanya.

"Oh, Sayangku. Kau sudah tiba rupanya." Pria tinggi itu merentangkan tangannya. Secara sigap membuat Sunoo melepaskan genggamannya pada gagang koper. Memeluk pria besar yang sudah sangat ia rindukan beberapa tahun terakhir ini.

Ia adalah paman Sunoo. Adik dari mendiang ayahnya yang telah meninggal akibat penyakit beberapa bulan lalu. Sedangkan sang ibu telah lebih dulu pergi setelah beberapa saat melahirkan dirinya. Kini, yang ia miliki hanyalah pamannya. Pria yang kini menggiringnya memasuki rumah.

Hangat langsung menyambut Sunoo begitu ia masuk ke dalam rumah, sehingga tubuhnya yang menggigil sedari tadi bisa merasa lebih lega.

"Duduklah. Akan paman buatkan cokelat panas untukmu." Pria itu mengusap kepala Sunoo, menghela napas meratapi nasib buruk keponakannya. Ia masihlah sangat muda, namun kini tidak ada yang akan melindunginya dari dunia yang kejam ini.

"Tidak perlu, Paman. Aku baik-baik saja," tutur Sunoo lembut.

"Baik apanya. Lihat wajahmu yang memerah ini. Oh, bayi kecilku pasti sangat menderita."

"Paman Mingyu berlebihan. Aku tidak semenderita itu, tahu!" Sunoo menggerutu. Bibirnya menyembul lucu. Mingyu pun tertawa menanggapinya.

"Jangan hiraukan Pamanmu, Sunoo. Dia memang begitu."

FATE ||  Sunsun BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang