Dalam kegelapan malam yang pekat tanpa bintang maupun cahaya rembulan, seorang pria bersurai kelam tengah duduk memangku seorang gadis yang ia hisap darahnya hingga habis tak bersisa.
Beberapa manusia tergeletak di ubin kayu dalam keadaan tak berdaya. Beberapa diantaranya pun sedang bertarung dengan ajal yang memaksa mencabut nyawa. Namun sosok itu seakan tidak terganggu sama sekali, bahkan ia dengan santai menjilat sisa-sisa darah di sudut bibirnya. Kedua matanya menyala merah, gigi taringnya meruncing, serta kuku-kuku jemarinya pun memanjang.
Di seberang ruangan, duduk seorang lelaki lainnya yang sedang memandangi cermin sembari tersenyum manis. Sepasang mata biru yang bersinar indah, hidung mancung, serta rahang yang tegas, juga bibir tebal yang seksi itu pastilah sangat membius siapapun yang melihatnya.
"Kenapa kau sangat menginginkan lelaki kecil itu?" Lelaki bermata biru bertanya tanpa menoleh, cukup menatap dari pantulan cermin.
Lelaki yang lebih tinggi mendekat, menapakkan kedua tangannya di sandara kursi rias.
"Darahnya sangat istimewa. Kurasa Sunghoon sudah menyadarinya," jawabnya sebelum mengecup pipi lelaki bermata biru.
Iris biru itu masih menatap cermin yang memantulkan bayangan lelaki di belakangnya, lalu tersenyum jenaka. "Aku suka Sunghoon. Kuharap kau tidak membunuhnya."
"Kau boleh memilikinya jika kau mau."
"Benarkah?" pekik lelaki bermata biru itu senang.
Si pria tinggi mengangguk, membuat si mata biru masuk ke dalam pelukannya dan mengecup bibirnya sekilas.
"Tapi, kenapa kau tidak membunuh mereka? Jika mereka menjadi Alter, bukankah para anjing akan merepotkan kita?" Lelaki bermata biru menunjuk ke arah manusia-manusia sekarat yang perlahan bangun.
Kulit mereka keriput dan mereka sangat kurus, pupil mata mereka mengecil dan gigi taring keluar dari mulut mereka. Tiada kata yang lebih layak untuk menggambarkannya selain mengerikan. Seperti zombie. Persis yang pernah Jay deskripsikan kepada Sunoo.
Ditatapnya ujung telunjuk lelaki itu mengarah. Seringai halus tersungging, menghiasi wajah si pria tinggi.
"Memang itu yang aku inginkan."
Ia sadar benar dengan apa yang ia lakukan. Setelah sekian lama, akhirnya ia akan bertemu Sunghoon, sahabatnya yang berharga. Rasanya, ia sudah tidak sabar lagi.
- Fate -
Ini hari minggu dan Sunoo sangat bersemangat saat Joshua menyuruhnya belanja ke pasar tradisional. Langkah kaki-kaki kecilnya berjalan ringan membelah jalanan, mengiringi bibirnya yang terus bergerak menciptakan senandung.
Hal yang paling Sunoo sukai setelah tinggal di Brasov adalah berjalan kaki kemanapun ia pergi karena tempat-tempat yang ia kunjungi tidak pernah jauh dari rumah. Bahkan untuk sampai di pasar, Sunoo hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...