Brasov selalu indah. Sejak pertama kali Sunghoon dilahirkan, sampai saat ini ia telah dipenuhi kejenuhan akan keabadian yang merongrong sanubari. Bagi manusia, keabadian seringkali diagungkan, bahkan sebagian dari mereka rela melakukan hal-hal gila maupun membuat perjanjian dengan iblis demi sebuah keabadian dan awet muda.
Tetapi bagi sebagian makhluk abadi seperti Sunghoon, keabadian tak lebih dari beban berat yang harus ditanggung seumur hidup. Karena sejatinya semakin lama seseorang hidup maka akan semakin banyak luka dan kesakitan yang tertoreh di hatinya, semakin banyak tragedi dan kehilangan yang ia saksikan, dan juga semakin sedikit kebahagiaan yang bisa ia rasakan.
Kali ini pun saat hatinya dipenuhi oleh cinta, ia tidak mampu merasakan kebahagiaan. Kecuali dari bayang wajah Sunoo. Meski dadanya tetap berdenyut sakit.
Di balik buku tebal yang ia baca, Sunghoon menikmati pergantian musim seperti tahun-tahun sebelumnya. Duduk di bawah pohon lilac yang menumbuh di antara pinus-pinus yang menjulang di belakang rumah.
Kelopak lilac telah gugur, serempak bertabur melapisi tanah. Meninggalkan ranting-rantingnya dan menjelma menjadi karpet ungu yang indah. Suara-suara serangga pun bernyanyi menemani sinar mentari yang mencumbu wajah tampan Sunghoon.
Satu persatu halaman buku ia buka, ia susuri setiap alineanya dengan manik madu yang menyorot lembut. Seakan tiada luka, seakan tiada duka yang terpancar di wajahnya.
"Sunghoon."
Suara panggilan yang mengalun lembut itu membuat Sunghoon urung membalik satu lembar halaman buku yang sedang ia baca.
Wajah aristokrat itu menoleh seiring kedua tangan yang menutup buku. Rambut legamnya mengayun diterpa angin yang membawa sisa guguran kelopak lilac yang mengguyur seperti hujan. Tubuh kukuhnya terangkat bangkit demi menatap lelaki yang ia rindukan sejak musim lalu.
Kedua tatapan mereka bertemu, saling mengurung bayangan masing-masing. Namun langkah keduanya tetap tertahan di kejauhan, seakan angin yang bergulung di sekitar mereka membisikkan sejuta rindu yang memberatkan pijakan.
Angin berhembus lagi, mengantar kelopak lilac untuk jatuh menimpa rambut Sunoo. Dengan lembut jemari lentiknya bergerak, membersihkan kelopak-kelopak ungu yang jatuh di dahi. Dan seketika itu ia terhenyak begitu melihat Sunghoon semakin mendekat kepadanya. Waktu seakan melambat, menghambat Sunoo untuk berpaling dari pemandangan yang paling indah di dunia.
Kaki jenjang berbalut celana hitam melangkah ringan ke arahnya. Wajah aristokrat yang ditempa sinar mentari menghipnotis mata. Juga aroma khas dari tubuh si tampan menguar terbawa angin. Sunoo nyaris melupakan cara bernapas sampai pada detik dimana seluruh netranya dikuasai bayangan Sunghoon dan tangan dinginnya digenggam dengan lembut.
"Kau disini."
Sunoo mengangguk.
Sunghoon menarik napas dalam-dalam sembari menyembunyikan manik madunya dalam pejaman. Ia tahu benar kedatangan Sunoo berarti sebuah putusan besar. Babak akhir dari kisah cinta mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...