Sudah satu bulan lamanya Sunoo kembali ke rumah Mingyu dan menjalani kehidupannya seperti sebelumnya. Sebulan itu pula Sunghoon menepati janjinya. Vampir tampan itu tidak pernah menemuinya, atau bahkan menyapanya di sekolah. Seakan keduanya telah menjadi sepasang asing yang tidak pernah saling mencinta.
Semuanya seolah direset kembali. Temannya hanyalah Beomgyu. Di sekolah tidak lagi ada Taki, Jungwon, maupun penggemar jus tomat bernama Jay. Apalagi, guru genit bernama Soobin.
Memang seperti inilah yang ia harapkan. Hari-harinya tenang dan normal. Sangat manusiawi. Tetapi, entah mengapa ada ruang di hatinya yang terasa sepi. Sesepi atmosfer di dalam kamarnya malam ini.
"Sunoo, apa kau sudah tidur?"
Pemuda yang sedang duduk di meja belajar bersama tumpukan buku itu menoleh, mencampakkan soal Matematika yang sedang ia kerjakan untuk menatap pamannya.
"Aku sedang belajar untuk ujian. Apa yang Paman bawa?" tanyanya.
Mingyu mendekat, meletakkan gelas berisi darah segar. "Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."
Sunoo tersenyum getir. Hatinya sakit melihat apa yang kini pamannya bawa untuknya bukan lagi segelas susu, melainkan darah.
"Tidak, Paman. Aku hanya mengerjakan beberapa soal."
"Ayahmu juga menyukai Matematika," ucap Mingyu setelah mengintip buku yang terbuka di atas meja, lalu mengambil duduk di tepi ranjang.
"Ya. Ayah jugalah yang membuatku menyukai Matematika." Senyuman Sunoo mengembang, tapi sudut matanya menitihkan air mata. Ia rindu ayahnya, ia rindu makam ayahnya, ia rindu Seoul dan semua kenangan yang tercipta di sana.
"Apa kau tidak merindukannya?" Mingyu menatap pilu punggung sempit keponakannya.
"Siapa?"
"Paman yakin dia sangat merindukanmu dan selalu mengawasimu dari suatu tempat."
"Sunghoon?" Sunoo tersenyum sarkas. "Biar saja. Toh dia yang menginginkan ini."
"Memangnya kau tidak ingin bertemu dengannya?"
Sunoo menggeleng, mengambil gelas berisi darah dan meneguknya pelan. "Aku membencinya."
"Benci itu saudara kembar dari cinta, omong-omong."
Bukan, itu bukan ucapan Mingyu. Keduanya pun lekas-lekas menoleh dan Sunoo memekik kegirangan saat tahu siapa yang tengah berdiri di ambang pintu.
"JAY?" Sunoo sontak melompat dari duduknya dan menghambur ke dalam pelukan vampir tampan itu.
"Hei, hei... Jangan melompat seperti itu. Kau berat, tahu!" Jay mengejek.
Tetapi Sunoo tidak peduli. Ia menelisik Jay dari atas sampai bawah lalu kembali ke atas. Tidak ada yang berubah sedikitpun dari vampir itu selain gaya rambutnya. Sunoo memegangi dadanya, menghembuskan napas lega melihat Jay baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...