Pagi yang dingin hari ini dihiasi cicit burung yang merdu dan bias matahari yang hangat. Nyaman sekali. Rasanya, Sunoo tidak ingin bangun. Lagipula, jika diingat-ingat, ini adalah akhir pekan. Sunoo rasa bangun sedikit lebih siang tidak masalah.
Tetapi cahaya matahari yang menyentuh wajahnya itu sangat mengganggu. Menyerbu masuk ke dalam retina dan membuatnya mengerjap berkali-kali.
Samar-samar, pemandangan pertama yang dapat ia tangkap adalah pahatan kotak-kotak yang berseri-seri di terpa cahaya pagi. Lalu, sebuah wajah yang membuatnya mengumpat dalam hati.
"Ah, kenapa aku memimpikan Park sialan itu?" gumamnya parau.
Baru saja ia berniat menggosok mata pedihnya, namun saat ia menarik tangannya, ia merasakan ada sesuatu yang mencengkeram tangannya. Mata Sunoo yang semula susah sekali terbuka pun kini membola seiring kesadarannya yang semakin jelas.
"Apa ini?" Ia menatap tangannya yang digenggam seseorang. Lalu tatapannya berpindah pada kemeja putih yang kancing-kancingnya dibiarkan terbuka, memamerkan pahatan otot perut yang terawat.
Sunoo mengernyit, barulah saat netranya mendapati seseorang yang tengah tertidur di sampingnya adalah Sunghoon, ia pun menjerit sekencang-kencangnya.
"KYAAAA!!!"
Tanpa merasa perlu membuka mata, Sunghoon membekap mulut Sunoo. Hari sudah pagi, Sunghoon sangat mengantuk. Selama ia menjadi guru, ia hanya bisa tidur nyenyak di saat weekend. Hal itu tentu dikarenakan sebagai makhluk nocturnal ia lebih mudah mengantuk di siang hari. Jadi di jam seperti ini adalah waktu tidur baginya.
"Diamlah. Kau menganggu tidurku."
Sunoo menyingkirkan tangan besar Sunghoon dari wajahnya. "Kenapa kita tidur bersama?"
Perlahan, Sunghoon membuka matanya. Cahaya matahari masuk ke retinanya, membuat irisnya tampak sangat jelas di mata Sunoo. Awalnya, Sunoo kira warna mata Sunghoon adalah hitam. Namun kini ia melihatnya sendiri bahwa itu bukan hitam, tetapi warna madu.
"Kau tidak ingat apa yang kau lakukan semalam?"
Apa? Melakukan apa? Sunoo yakin ia tidak melakukan apapun selain memecahkan guci lalu...
"Ah, benar. Sepertinya aku tertidur saat menunggu Anda," ucap Sunoo sembari tersenyum gummy.
Sunghoon bangkit dari tidurnya. Tanpa basa basi menyeret pergelangan tangan Sunoo dan membawanya keluar kamar dalam langkah lebar sehingga membuat Sunoo kesusahan mengimbanginya.
"Karena kau sudah bangun, sekarang keluar dari rumahku," tutur Sunghoon sarkas.
"Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Sunoo memekik merasakan sakit karena pergelangan tangannya Sunghoon genggam terlalu erat.
Sebenarnya, selain alasan ia ingin Sunoo segera menghilang dari hadapannya, Sunghoon juga tidak ingin orangtuanya melakukan hal yang tidak-tidak pada Sunoo. Mengintrogasinya mengenai ini dan itu, contohnya. Entah mengapa Sunghoon dibuat khawatir untuk alasan yang tidak jelas. Padahal hubungannya dengan Sunoo tak lebih dari guru dan murid tak berguna saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...