Park Sunghoon dan Lee Heeseung adalah kawan lama. Kedudukan dan kekuatan mereka adalah setara. Tidak bisa ditentukan siapa yang lebih unggul dalam segala aspek. Karena keduanya pun seimbang dalam pergelutan kemampuan maupun segala sisi penampilan yang selalu mempesona setiap mata.
Lalu entah bagaimana dua sekawan ini terjerembab dalam permusuhan yang menjadi jurang pemisah di antara mereka. Menurut Sunghoon, itu karena Heeseung telah membunuh Jimin. Salah satu dari anggota keluarga Park yang berharga. Tetapi Heeseung tidak merasa melakukannya, dan itulah mengapa tidak pernah ada titik damai di antara mereka.
Baik dulu maupun sekarang.
Selama ini, Heeseung selalu memilih menjadi pecundang yang bersembunyi dalam kegelapan malam dan Sunghoon memilih memberi toleransi asalkan Heeseung tidak lagi membuat onar. Lalu tiba-tiba, sejak Sunoo hadir, Heeseung seolah sengaja mencari gara-gara. Beberapa kali Sunghoon memergokinya hendak mendekati Sunoo. Bahkan memberikan serangan ancaman secara terang-terangan.
Jika Heeseung mencoba menyulut api yang sempat padam di antara dirinya dan Sunghoon, maka katakanlah ia berhasil. Apalagi jika Sunghoon sampai tahu bahwa Heeseung sudah lebih dari menyentuh Sunoo seperti apa yang Sunghoon ancamkan. Sepertinya Heeseung harus rela kehilangan kepalanya sungguhan.
"Cinta...ku?"
Lee Heeseung, Pria berperawakan tinggi semampai itu menyeringai. Ditariknya tangan Sunoo sampai mereka berhimpitan. Bersama ia yang menjawab, "yes, my prince." Heeseung menjentikkan jari, membuat mereka yang tadinya berada di ruang penyimpanan boneka kini berada di tengah inti kastil. Sebuah ruangan besar dengan dinding-dinding tua tetapi berlantai mewah bak ballroom hotel bintang enam.
Di sudut ruangan, terdapat grand piano hitam yang berdenting seiring sepasang tangan tanpa tubuh menekan tuts-nya. Lantunan musiknya menuntun Heeseung untuk mengajak Sunoo berdansa bersamanya. Sedangkan Sunoo yang masih dalam kebingungannya hanya bisa menurut saja ketika tubuhnya dipeluk, diputar, dan dipeluk lagi.
Barulah ketika Heeseung mulai mendekatkan bibirnya di telinga Sunoo dan berbisik, "aku merindukanmu," disusul kecupan lembut di perpotongan lehernya, Sunoo tidak tinggal diam. Si cantik mendorong tubuh si jangkung, menghempasnya pergi jauh-jauh agar tidak melakukan hal yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh Sunghoon.
Musik pun berhenti. Menjadikan keheningan hanya berisi tawa getir Heeseung. Ia menyaku kedua tangan di celana.
"Sampai kapan kau akan kabur-kaburan begini?"
"Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu!"
"Oh ya?" Senyum teduh itu muncul lagi. Ia melangkah mendekati Sunoo, tetapi si cantik mundur menjauhinya.
"Kenapa menghindar? Kecewa karena aku masih mengingatnya? Ah, kenangan kita selalu manis." lanjut si jangkung.
Sunoo menggeleng. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...