Fate;14

2.9K 402 44
                                    

Saat jam istirahat, siswa-siswi yang memilih tinggal di dalam kelas dibuat tersentak kaget oleh kelakuan Jungwon yang memukul meja keras-keras sembari berseru, "Lord Sunghoon menjadikannya kekasih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat jam istirahat, siswa-siswi yang memilih tinggal di dalam kelas dibuat tersentak kaget oleh kelakuan Jungwon yang memukul meja keras-keras sembari berseru, "Lord Sunghoon menjadikannya kekasih?"

Jay mengangguk di antara tegukannya pada sekotak kecil jus tomat. Ralat! Itu darah domba.

"Menyerah saja. Lagipula Sunghoon memang tidak pernah memandangmu," tutur Jay.

Rahang Jungwon mengeras, gigi-giginya beradu seiring kepalan tangannya yang begitu erat. Tanpa berkata-kata lagi, Jungwon menghambur dalam langkah cepat. Jay hanya mengamati lelaki manis itu sembari mengendik bahu. Ia tidak sepenuhnya peduli kepada Jungwon, namun ia langsung terkesiap saat mengingat sesuatu.

"Sial!"

Sesuatu mengenai sifat tersembunyi Jungwon yang tidak semua orang tahu.

Jay berlari secepat embus angin untuk menemukan teman masa kecilnya. Ia menelisik kelasnya sendiri dan mendapati Jungwon tidak ada di sana, begitupun Sunoo. Karena firasatnya sudah terlanjur buruk, Jay pun menolak menyerah. Menyisir seluruh bangunan sekolah seraya meninggikan harap agar menemukan Sunoo dalam keadaan baik-baik saja dan Jungwon masih bertahan dengan kewarasannya.

- Fate -

Satu tamparan Sunoo dapatkan tiba-tiba dari seseorang yang tidak ia kenal saat sedang duduk di bangku kantin bersama Beomgyu dan Taki. Sontak, ia bangkit dari duduknya sembari memegangi pipi kirinya yang memanas.

Namun belum sempat ia menanyakan apa masalah yang terjadi, pipi kanannya sudah lebih dulu dihadiahi tamparan yang serupa.

"Manusia rendah sepertimu tidak layak bersama Lord Sunghoon." Lelaki manis bersurai merah itu mendesis di antara giginya yang beradu. Lalu kembali memukul wajah Sunoo berulang kali.

"Hentikan, Yang Jungwon!" Taki menggeram, kedua tangannya yang mengepal mulai ditumbuhi bulu-bulu kecoklatan.

Kejadian ini membuatnya marah. Apapun mengenai vampir yang menyakiti manusia selalu membuat werewolf marah.

"Jangan ikut campur, anjing kotor," ucap Jungwon sarkas.

Taki sudah siap mencakar Jungwon dan Jungwon pun hendak memukul Sunoo lagi, mengabaikan tatapan murid-murid lain yang beraneka ragam. Beruntung, Jay datang dan mencengkeram tangan Jungwon. Menahannya di udara.

"Sudah cukup, Jungwon," ucap Jay sebelum menyeret si manis keluar dari kantin.

Ada sesal tersirat di dalam hati Jay karena terlambat datang. Jungwon sudah sewaras yang ia harapkan dan Sunoo juga tidak baik-baik saja. Ia merasa ini semua salahnya. Padahal sudah jelas Sunghoon menyuruhnya melindungi Sunoo, tetapi ia justru membuat Jungwon menyakitinya.

"Lepaskan aku, Jay!"

Jay menghempas tubuh Jungwon ke dinding. Menatapnya tajam dan tidak bersahabat, sedangkan Jungwon melipat kedua tangan di dada.

"Manusia itu harus diberi pelajaran. Bagaimana bisa dia berpikir dia layak menjadi kekasih seorang darah murni?"

Tidak ada sahutan dari Jay. Ia hanya menatap Jungwon lekat dan tajam, membuat Jungwon lambat laun merasa gugup sendiri.

"Berhentilah menatapku seperti itu, Jay!"

"Yang berharga untuk Sunghoon adalah yang berharga untuk seluruh kaum vampir. Menjadi milik Sunghoon berarti menjadi tuan untuk kita. Jangan membuat kesalahan, Jungwon," tutur Jay dengan suara dalam dan tegas.

Sebuah seringai terpahat di wajah Jungwon. Kedua matanya memanas ketika bahkan teman dekatnya tidak berpihak padanya. Ia menatap Jay sinis. "Kalian berdua sama saja. Kuharap kau tidak melupakan akhir kisah cintamu dengan manusia itu. Chaewon."

Ada kilatan amarah yang menggebu di kedua iris kelabu yang kemerahan. Begitu masa lalunya itu disebut, rahangnya seketika mengeras. Kedua tangannya mengepal. Hanya butuh waktu sedetik untuk memancing kemarahan Jay.

Rahang Jay mengeras. Tangannya yang terlanjur mengepal pun menghantam dinding di sisi kiri wajah Jungwon seiring matanya yang memerah sempurna dan gigi taringnya yang memanjang.

"YANG JUNGWON!!" lantangnya.

Bisa saja Jay tertular ketidakwarasan Jungwon dan melakukan tindak kekerasan andai saja lengannya tidak dipegang seseorang. Begitu ia mengetahui siapa yang menyentuhnya, gigi taring Jay perlahan kembali memendek dan kedua manik merahnya menghilang. Bahkan Jungwon pun langsung membungkukkan tubuhnya.

"Lord..." Jungwon mendesis.

Sunghoon hanya menatapnya sepintas, lalu menurunkan tangan Jay sembari berkata, "jangan berteriak di lorong sekolah. Kau menganggu siswa yang lain."

Kedua manik Jay bergetar, seakan ia telah disadarkan dari sebuah kesalahan yang tidak seharusnya ia lakukan. Benar, seharusnya ia menjaga sikapnya di sekolah. Seharusnya ia tidak terpancing emosi dengan begitu mudahnya.

"Maaf." Jay lantas membungkuk hormat kepada Sunghoon.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Sunghoon setelahnya. Ia hanya menepuk bahu Jay sambil lalu, meninggalkan lorong sekolah dengan kedua tangan tersimpan di saku celana. Serta, meninggalkan Jungwon yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

- Fate -

"Sunghoon menjadikan manusia itu kekasihnya? Lucu sekali." Sepasang iris biru di balik jendela sebuah rumah bergaya kuno mengikik geli. Melengkungkan mata indahnya membentuk guratan sabit.

"Bukankah begitu, Chaewon?" Ia menoleh ke belakang, tersenyum manis kepada seorang gadis yang berdiri di tengah ruangan.

Ia melangkah perlahan, mendudukkan tubuhnya di kursi rias dan menatap bayang dirinya di cermin.

"Aku semakin menyukai Park Sunghoon." tuturnya lagi meski gadis bernama Chaewon tidak menanggapinya sama sekali. Tatapannya kosong, seakan tidak terdapat jiwa di dalam raganya.

Atau lebih tepatnya, ia tidak memiliki wewenang untuk menanggapinya.

"Omong-omong, di mana dia?" Lelaki itu bertanya sembari merapikan rambut emasnya.

"Tuan ada di ruangannya." Chaewon menjawab datar.

"Katakan padanya aku akan pergi." Lelaki bermata biru menyandarkan punggungnya di lidah kursi, mencari kenyamanan.

"Aku harus menyapa manusia yang berani merebut calon boneka kesayanganku. Errr... Mungkin menyapa Jay juga."

Chaewon terkesiap sesaat, namun sebisa mungkin ia menutupinya dengan ekspresi datar. Ia juga tidak menjawab apapun, hanya ada tatapan nyalang yang tergambar di wajahnya.

 Ia juga tidak menjawab apapun, hanya ada tatapan nyalang yang tergambar di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Loh... Ih... Mbak Chae?
Terus Jaywon-ku??
Akankah berlayar?

Hehe

Hanya Lord Sunghoon yang toa.
Sono... Tanya donghun aja jan tanya saya 😛

FATE ||  Sunsun BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang