Pagi hari adalah waktu yang sangat Sunoo sukai. Udara segar dan bias matahari yang hangat sangat menyenangkan menyentuh wajah. Seolah memberi pelukan kepada jiwa yang diliputi kesedihan agar melukis senyuman di wajah.
Tetapi pagi ini berbeda. Cahaya matahari pagi yang mengintip di sela kelambu membuat matanya nyaris buta. Entah mengapa retinanya kesulitan menyesuaikan diri dengan cahaya menyilaukan itu. Ini seperti bukan dirinya.
Sunoo baru saja hendak beranjak bangun saat merasakan tubuhnya remuk redam dan berat seperti tertindih sesuatu. Ia mengeluh dalam gumaman, dahinya berkerut dan kedua matanya terasa sangat pedih untuk dibuka. Namun semua kepedihan itu mendadak lenyap saat ia tersadar bahwa kini sebuah tangan besar sedang merengkuh tubuhnya.
Ia sempat terkejut untuk beberapa saat sehingga ia menutupi dadanya dengan kedua tangan, sampai memori semalam bergulir cepat di kepalanya, mengisi celah-celah kosong yang sesaat lalu dihuni oleh kebingungan. Hal itu membuatnya tersipu. Lalu si cantik memilih kembali merebahkan dirinya, menatap wajah lelap Sunghoon yang nampak damai.
Sebenarnya Sunoo sangat malu. Ia terus menggigit bibirnya, sementara dadanya berdebar kencang dan pipinya merona. Untuk pertama kalinya ia merasakan jantungnya dibuat menggila oleh seseorang, dan itu cukup untuk menghapus kesan menyebalkan dan kejam yang pernah tersemat sebagai gelar Sunghoon, meski hatinya tetap bertanya-tanya apa yang membuat Sunghoon berubah drastis?
"Kenapa kau memandangiku sambil menggigit bibir begitu?"
Jemari Sunoo yang terulur nyaris menyentuh wajah aristokrat Sunghoon jika saja suara itu tidak mengejutkannya. Lekas-lekas ditariklah tangannya dan disembunyikanlah wajahnya di balik selimut sedetik sebelum kedua iris madu Sunghoon terbuka.
Seulas sunggingan tipis terpahat di wajah Sunghoon. Ia menggeser tubuhnya, menghadap ke samping.
"Sarapan pagi yang manis," tuturnya saat membuka selimut yang menutupi wajah cantik Sunoo.
Sunoo menutup matanya rapat-rapat, tak kuasa menatap wajah Sunghoon. Tubuhnya terhenyak tiba-tiba. Perih mengisi dirinya saat si tampan menggigit lehernya dan mulai meneguk darah dari tubuhnya. Kedua mata Sunoo membelalak. Kini ia mengingatnya. Ia mengingat satu fragmen yang sempat tertinggal di dalam memorinya, bahwa semalam Sunghoon telah mengubahnya menjadi seorang vampir. Tanpa persetujuan, saling berbagi darah dengannya.
"Cobalah, lakukan juga padaku," pinta Sunghoon setelah menjauhkan wajah dari leher Sunoo yang terluka.
Pria itu tampak sangat berbeda dengan mata merah menyala dan taring panjang berlumuran darah. Bagi sebagian orang, mungkin Sunghoon tampak mengerikan, tetapi anehnya ia justru terlihat seksi di mata Sunoo.
Sunoo meneguk saliva diam-diam. Ia belum terbiasa dengan wujud barunya. Tetapi melihat perpotongan leher Sunghoon membuatnya lapar. Kulit pucat yang ditimpa cahaya mentari tampak berkilauan dan menggoda Sunoo seakan ia memiliki rasa yang begitu manis ketika dikecap oleh lidah. Namun tiba-tiba fantasi Sunoo lenyap saat sebuah suara menginterupsi bersama pintu kamar yang dibuka kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...