Keinginan Sunoo saat ini hanyalah satu, Sunghoon bisa lebih jujur padanya agar rasa penasarannya akan pertemuan sang kekasih dengan werewolf mendapatkan jawaban. Sayangnya meski siang berganti malam, hari berganti hari sampai seminggu, Sunghoon tetap setia pada bungkam yang ia pertahankan.
Sunoo menghela napas berat. Ia duduk di bangku belakang kastil seorang diri. Menikmati terpaan matahari sore yang membuat kulit putihnya berkilauan. Biar saja. Toh tidak akan ada yang melihatnya karena hanya Sunghoon sekeluarga yang tinggal di tempat ini.
Namun suara berisik ranting-ranting yang terinjak dan dahan-dahan yang bergesekan membuatnya terperanjat seketika itu juga. Berakhir menghela napas jengah setelah sigap bangkit dari kursi dengan gestur waspada.
"Kau lagi?!" Sunoo memekik. "Apa yang kau lakukan disini?"
Tinggi, bersurai blonde dengan wajah yang sangat eropa dan selalu mengikutimu.
Tiba-tiba suara Sunghoon mendengung di dalam ingatannya. Sunoo menggeser tubuhnya. Bersembunyi di bawah pohon dari sinar matahari agar kilau kulitnya tidak terlalu mencolok. Kemudian memijat pangkal hidungnya ketika perasaan kesal mulai menyergap perlahan.
"Kalau kau, apa yang kau lakukan disini?" Kai mengintip dari balik batang pohon. Menyembulkan kepalanya.
"Kurasa itu bukan urusanmu," jawab Sunoo dingin.
Kai menghela napas, duduk di kursi panjang lalu memijit kakinya. "Oh, sepertinya aku mulai menua. Kakiku sakit sekali."
Sunoo mendekat, tetapi masih membatasi diri dari paparan hangat sinar matahari. Melihatnya, Kai mengumbar senyuman. Tampan sekali. Menyembulkan semburat merah di pipi Sunoo sebelum ia tepis dengan gelengan. Jangan. Tidak. Pantang bagi Sunoo untuk terpesona. Ia masih waras untuk mengakui Sunghoon lebih tampan meski pria itu sedingin es. Berbeda dari Kai yang hangat. Mungkin karena darah mengalir di tubuhnya sementara Sunghoon tidak.
"Apa maumu sebenernya? Kau memata-mataiku?"
"Aih, jangan salah paham. Sudah tiga hari kita tidak bertemu di jalan dan tiga hari itu aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu."
Semburat merah di pipi Sunoo muncul kembali. Ia berdeham agar membuatnya hilang.
"Apa yang kemarin itu temanmu?"
"Siapa yang kau maksud?"
"Itu, Jay dan Jungwon."
Sunoo mengerut dahi. Kai mengenal mereka? Kenapa Sunoo tidak ingat ia pernah memperkenalkan mereka pada sosok tampan ini?
"Aku mendengarmu memanggil mereka dengan nama itu. Berhentilah memelototiku seolah aku ini kriminal."
Sunoo berdeham lagi. Tersadar sudah bersikap berlebihan. Ia menoleh ke arah kastil yang mulai menggelap karena matahari sore mulai turun. Tandanya, sebentar lagi keluarga Sunghoon akan bangun dari tidurnya untuk memulai hari. Sunoo tidak ingin salah satu dari anggota keluarga vampir itu memergokinya berduaan dengan pria lain begini.
"Ya, mereka temanku. Kau tidak percaya?" Sunoo melipat tangan di dada. Melangkah menjauhi kastil, memancing Kai supaya mengikutinya dan berhasil.
"Hm." Kai menyaku kedua tangannya. "Kudengar ada bangunan tua di sini jadi kupikir mereka salah satu dari orang-orang yang merundungmu. Aku jadi tidak bisa tidur karena menyesal sudah meninggalkanmu kemarin."
"Tidak perlu khawatir. Aku memang sering datang kemari saat sedang ingin sendiri."
"Memangnya tidak takut?"
"Kenapa harus takut?"
Kai melangkah cepat, merangkul bahu Sunoo sehingga Sunoo dibuat terkejut karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...