Fate;03

3.6K 494 71
                                    

"Aarghh! Jari-jariku hampir patah!" erang Sunoo pada sahabat barunya yang entah mengapa masih berada di rumah Mingyu saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aarghh! Jari-jariku hampir patah!" erang Sunoo pada sahabat barunya yang entah mengapa masih berada di rumah Mingyu saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Setelah bersusah payah mendapatkan buku tua yang tebalnya nyaris setengah meter di atas ketinggian sepuluh meter, Sunoo harus pasrah meringkasnya. Ia memang murid yang rajin. Ia tidak suka mendapat nilai buruk dari guru manapun. Dan kini, ia bersumpah akan membuktikan kepada Sunghoon bahwa ia mampu membuat rangkuman dalam waktu yang cepat.

"Ah, temanku yang malang. Bisakah aku membantumu?" Beomgyu menempelkan pipinya di atas meja belajar Sunoo.

Wajah Sunoo seketika cerah. "Kau mau menggantikanku menulis?"

"Tidak," jawab Sunoo masam. "Jika Mr.Park mengetahuinya, mungkin aku akan digantung di tiang bendera olehnya."

Sunoo berdecak. "Lalu kenapa kau masih di sini? Ini sudah malam. Bukankah kita tidak boleh berkeliaran?"

"Tenang saja, itu hanya mitos," jawab Beomgyu, lalu melangkah ke ranjang dan menghempas diri di sana.

"Tapi Jay bilang..."

"Sebagian dari sejarah adalah mitos, percayalah."

Sunoo merotasikan bola matanya, jengah. "Terserahlah."

Sejujurnya, separuh hatinya memang setuju dengan ucapan Beomgyu. Bukankah warga sini terlalu berlebihan dengan membatasi jam malam? Tapi, omong-omong soal rangkuman sejarah yang sedang ia kerjakan, Sunoo jadi penasaran.

"Kemarin aku melihat Mr.Park dikejar-kejar para siswi," kata Sunoo seraya menerawang kembali pada waktu siang tadi di jendela perpustakaan.

Beomgyu tampak acuh. Ia meraih camilan di atas meja lalu memakannya. "Lalu?"

"Orang itu kejam. Tapi kenapa dia populer sekali?"

"Memangnya kau tidak lihat?"

Sunoo mengerut dahi sebentar, lalu memeluk dirinya sendiri. "Aku sudah melihat wajahnya. Dia seperti vampir. Pucat dan dingin." Ia bergidik ngeri.

"Kulitnya memang seputih salju, berbeda dari pria kebanyakan. Tapi Mr.Park selalu tampak menawan dan tampan. Dia terlalu indah untuk disebut manusia. Dia seperti bunga osmanthus yang memancarkan keharuman yang khas. Tidak ada duanya."

- Fate -

"Indah apanya!" Sunoo mengumpat di dalam hati. Di halaman sekolah, ia diam-diam melirik Sunghoon yang berjalan di koridor. Mengabsen setiap deskripsi yang Beomgyu sebutkan tadi malam, meskipun tetap saja ia tidak tahu dari mana keindahan itu patut ditujukan.

Sunoo memang tak mampu mengelak bahwa ia sempat terpana sekian detik, sampai Sunghoon tiba-tiba melirik tajam padanya dan membuatnya gelagapan dan mempercepat langkahnya.

"Hei, kenapa tiba-tiba berlari?" Beomgyu memperlebar langkahnya menyusul Sunoo memasuki kantin.

Si cantik mengambil duduk di samping jendela. Ia memegangi dadanya yang berdebar. Tatapannya nyalang menembus jendela kaca di mana punggung Sunghoon terlihat baru saja menghilang di balik pintu ruang guru.

FATE ||  Sunsun BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang