Jungwon duduk di bangku kelas barunya sembari menompang dagu, menatap ke luar jendela di mana langit terlihat sangat cerah. Ia tidak berminat untuk keluar kelas di jam istirahat. Ia bahkan tidak berminat untuk berteman dengan siapapun. Pada dasarnya, Jungwon memang tidak menyukai semua ini. Ia berada di sini hanya karena perintah ayahnya, dan juga demi berada di dekat Sunghoon.
Tetapi sayangnya Sunghoon tidak pernah meresponnya bahkan setelah ia memberikan darahnya untuk diteguk habis. Dan kini, di bawah pohon akasia di belakang kelasnya, Jungwon harus menyaksikan Sunghoon membiarkan dirinya dipeluk orang lain. Amarah mulai merayap ke dada Jungwon, namun ia harus menelan pil pahit kenyataan. Bahwa Park Sunghoon tidak bisa dibantah. Semua ucapan dan tindakannya adalah dogma.
Saat ini tidak ada satu katapun yang bisa mendeskripsi posisi Jungwon selain keharusan untuk pasrah meskipun rasanya ia sangat kesal. Lebih kesal lagi saat seseorang mengetuk mejanya. Jungwon tidak suka diganggu, terlebih oleh manusia.
"Pergi," ucapnya dingin. Namun pelaku pengetukan meja justru duduk di sampingnya, membuatnya semakin kesal saja.
"Kubilang pergi!" Jungwon menoleh, membuat rambut merahnya bergoyang dan jatuh di dahi, lalu menghela napas jengah ketika mendapati bahwa sosok yang memenuhi retinanya adalah Jay dan senyuman ala pangerannya.
"Galak sekali." Jay menggerutu. "Apa yang terjadi?"
Lagi-lagi Jungwon menghela napas. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Jay sembari menutup mata. Mereka berdua memang cukup dekat. Bahkan bisa dibilang, Jungwon adalah teman yang selalu ada untuk Jay sebelum dan setelah orang tua Jay tiada.
"Lord Sunghoon meminum darahku, tetapi dia tidak membiarkanku meminum darahnya. Itu menyebalkan," rengek Jungwon.
"Bukankah itu berarti dia tidak merasa puas dengan darahmu saja?"
"Entahlah. Yang jelas aku sangat kesal."
"Aku rasa Sunghoon memiliki rencana. Kemarin, di hutan pinus itu aku melihat seseorang. Kurasa dia adalah orang yang berniat melukai mereka berdua." Jemari Jay mengetuk-ketuk meja.
"Benarkah?" Jungwon menjauhkan dirinya dari Jay dan mengerut dahi saat lelaki itu mengangguki.
"Menurutmu siapa dia?" telisiknya lebih jauh.
"Aku tidak yakin, tapi kurasa ia seorang darah murni. Aku mencium aroma darah yang sangat pekat darinya."
Jungwon kembali menatap ke luar jendela di mana tadi ia melihat Sunghoon bersama lelaki yang belakangan ia tahu bernama Kim Sunoo berada di sana. Ia menggigit bibirnya, pikirannya berkelana jauh, menelusuri setiap lapisan rasa penasaran di hatinya.
"Seorang darah murni ingin mencelakai Lord Sunghoon?"
Aneh. Seharusnya ia tahu Sunghoon tidak tersentuh. Kecuali kalau dia...
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE || Sunsun BL
FanfictionMemutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berhadapan dengan sosok guru yang ternyata seorang vampir. Dan vampir tampan bernama Park Sunghoon itu t...