"Nona, sudah sampai."
Suara instruksi sang sopir menyadarkan seorang gadis berambut panjang sepinggang, yang sedang berkelana dalam lamunan tak berkesudahan. Gadis dengan mata amber itu langsung menoleh, menatap pria paruh baya yang baru saja mengingatkannya.
Setelahnya, ia menatap rumah berlantai dua di depannya sebelum mengecek secarik kertas yang sedari tadi ia genggam.
"Ini beneran alamatnya ya Pak?" tanyanya."Biar Bapak lihat sekali lagi Nona." ujar pria itu mengulurkan tangan ke belakang.
Gadis itu dengan sigap memberi kertas itu pada sang sopir.
"Iya benar, ini alamatnya." ujar pria itu setelah melihat goresan tinta di benda tipis itu.
Gadis itu mengangguk lalu memberikan beberapa lembar uang pada sopir taxi, sebelum ia turun dari dalam sana.
"Terima kasih ya Pak."Setelah mobil itu bergerak pergi dari sisinya, gadis itu menarik napas dan memperbaiki posisi ransel besar yang ada di punggungnya. Satu tangannya menarik koper hitamnya, sedangkan tangan yang tersisa menenteng ransel yang lebih besar dua kali lipat dari ransel di punggungnya.
Dia Leonor Seraphine Valenca. Gadis itu mencoba peruntungannya dan mulai memasuki halaman asri milik rumah sederhana berlantai dua itu.
Tok tok tok
Dengan sopan ia mengetuk pintu. Terdengar sahutan dari dalam rumah. Tak lama pintu terbuka, Leonor memasang senyum terbaiknya untuk sosok wanita berdaster biru muda dengan taburan bunga dandelion.
"Oh? Kamu Leonor ya?" tanya wanita itu.
Leonor mengangguk.
"Iya saya Leonor." gadis itu menerima jabatan tangan wanita berumur 26 tahun itu dengan senang hati."Oh halo Leonor, saya Freya Ricardo pemilik rumah ini. Kamu panggil saya kakak saja." ujar wanita itu, Samantha dengan bibir membentuk senyum indah sampai-sampai Leonor dibuat terpana.
"Ayo masuk, biar Kakak bantu." ujarnya mengambil alih koper itu.
"Terima kasih." seru Leonor.
Mata Leonor menjelajahi setiap sudut rumah. Tangannya menurunkan kedua ransel yang begitu berat.
"Kakak akan langsung menjelaskan setiap detail rumah ini, biar kamu cepat istrahatnya. Di rumah ini ada 6 kamar tidur. Empat kamat di lantai dasar dan ada dua kamar di lantai dua. Kamar pertama adalah kamar kakak." Freya menjelaskan sambil menunjuk kamar paling sudut."Dan ketiga kamar yang berderet itu sudah diongkos oleh orang lain. Dan satu kamar di lantai dua sudah diongkos juga. Tersisa satu kamar yang akan nanti kamu tempati." lanjutnya.
Freya menarik pelan tangan Leonor untuk melihat ruangan setelah kamar tamu, yang hanya dibatasi oleh tirai.
"Ini dapur dan ruang makan. Dan di sebelah sana ada kamar mandi. Di samping kamar mandi itu pintu menuju halaman belakang. Tempat jemur pakaian." ujar Freya lagi menunjuk pintu kecil di samping kulkas.
Wanita itu kembali menuntun Leonor kembali ke ruang tamu. Keduanya menaiki tangga menuju lantai dua yang berada tepat di samping pembatas dapur dan ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A M [END]
Teen Fiction"Kamu itu nggak usah minder. Kamu itu cantik ketika kamu bersyukur." Tentang Alam si cowok narsis yang selalu membawa cermin. Si satu-satunya makhluk bumi paling handal dalam hal membangkitkan darah tinggi Leonor, tetangga kamar kosnya.