A L A M 11

1.5K 178 3
                                    

Leonor berjalan keluar dari pintu belakang rumah. Gadis itu langsung memejamkan mata saat semilir angin langsung menyambut pori-pori kulitnya. Rambutnya yang diikat tinggi ikut bergerak seirama dengan lambaian yang datang. Sejenak ia tertegun saat mata ambernya kembali ia buka. Dia tak menyangka jika halaman belakang lebih indah dari halaman depan. Deretan pohon maple berdiri kokoh dan menjulang. Dedaunan orange, kuning, dan hijau itu tampak hidup.

Gadis itu tersenyum kecil melihat hamparan bunga lavender yang tumbuh di bawah pohonnya. Benar-benar asri. Dia tidak menyangka ada pemandangan seindah ini di dalam kota.

"Lo suka?"

Leonor tersentak. Ah ia hampir lupa jika dirinya tak sendiri. Ada Alam yang berdiri di sampingnya.
"Tanah ini milik Kak Frey?" tanyanya.

"Bisa dibilang begitu." Alam memberikan jawaban yang kurang pas di telinga Leonor. Namun gadis itu memilih diam dan kembali menikmati apa yang tersaji di depan matanya.

"Pemerintah udah nawarin tanah ini dengan harga selangit untuk mereka beli. Niatnya, mereka ingin jadiin ini sebagai tempat wisata. Tapi pemiliknya nggak mau." ujar Alam.

"Ayo, lo harus ketemu Elsa." Alam kemudian mengajaknya untuk masuk lebih dalam melewati batang-batang pohon maple. Leonor mengikuti lelaki itu dari belakang. Tangannya ia ulurkan untuk menyentuh bunga-bunga laverder di sepanjang jalannya.

Duk

Leonor mengelus dahinya yang menabrak benda keras yang ternyata adalah punggung lebar Alam. Lelaki itu berhenti secara tiba-tiba. Gadis itu melongokan kepala untuk melihat apa yang ada di depannya. Detik berikutnya gadis berbinar melihat kolam buatan berukuran sedang terpampamg jelas. Bunga teratai juga ikut mengisi seperempat permukaan kolam.

Dan yang paling mengambil perhatiannya adalah sosok Elsa yang tampak elegan bersama bebek seukurannya. Tak lupa juga lima anak bebek yang berenang ria di dalamnya.
"Itu siapanya Elsa?" tanyanya.

Alam berjongkok di tempat.
"Itu bebek janda sama anak-anaknya." ujar lelaki itu dengan enteng. Leonor mengerjap, otaknya tiba-tiba buntu dan lambat menyaring perkataan Alam dalam otaknya.

"Bebek janda?" ulangnya bodoh.

Alam mengangguk antusias.
"Iya bebek janda. Elsa lagi ngelakuin PDKT sama ibu bebek yang janda itu tuh." celetuknya dengan senyum lebar penuh haru.

"Nggak nyangka aja Elsa udah dewasa. Padahal baru kemarin-kemarin gue pakein popok dan minum susu yang sama dengan Wayne." sambungnya. Leonor di sampingnya semakin ngebug dengan mulut menganga.

"Lo ngomong apaan sih anjir." sungut Leonor.

"Bebek betina sama anak-anaknya gue temuin di depan teras sekitar dua minggu lalu. Mungkin mereka tersesat, jadi gue pungut aja." ujar Alam dengan tampang polos nan lugu.

"Nah jadi, selain jaga Elsa lo juga harus jaga mereka." ujar lelaki itu kemudian.

"Heh! Itu nggak ada di surat kontrak ya!" protes Leonor cepat.

"Ada, lo kan harus nurutin semua perkataan gue sebagai majikan lo. Itu ada di surat kontrak." seru Alam.

"Ya nggak bisa gitu juga dong!" galak Leonor.

"Eitsss lo protes sekali lagi lo kena sanksi." potong Alam cengar-cengir.

Leonor kembali mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dengan hati dongkol gadis itu menelan bulat-bulat kata-kata sucinya yang ingin sekali ia sembur keluar.

"Nahhh pasti lo udah baca buku panduannya kan? Jadi gue nggak perlu jelasin lagi. Yang penting lo nggak boleh lupa ngasih mereka makan tiga kali sehari beserta vitaminnya." tutur Alam.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang