A L A M 7

1.6K 206 4
                                    

Leonor menghempaskan paksa genggaman tangan Alam dari pergelangan tangannya. Gadis itu menatap sekeliling dengan seksama. Mereka sedang berada di depan patung air mancur Dewi Athena. Gadis itu kini berpaling menatap Alam dengan bengis.

"Gila ya lo! Gara-gara tingkah nggak jelas lo hidup gue bakalan suram setelah ini." galak Leonor.

"Lo nggak baper?" alih-alih menimpali perkataan sinis gadis itu, Alam malahan melemparkan pertanyaan polos yang sukses membuat Leonor membelalakan mata.

"BAPER KENAPA?" ngegas gadis itu. Jemari sebelah kanannya ia gunakan untuk memijit keningnya.

"Gue barusan milih lo diantara Shine dan cewek cupu. Itu salah satu adegan romantis." celoteh Alam.

Dengan kepala mendidih Leonor menendang tulang kering lelaki itu. Alam melotot dan langsung merintih kesakitan.
"Sera, ya Tuhan lo galak banget sih. Tendangan lo pasti ninggalin bekas hanis ini." ujarnya memejamkan mata.

Leonor sama sekali tak iba. Menurutnya ini tak sebanding dengan penderitaannya yang akan datang sebentar lagi. Gadis itu menarik kerah Alam dengan kasar, lalu mendorong tubuh tegap itu berbaring di bangku panjang di belakang mereka.

Alam mengerjap mengabaikan sakit nyeri di kakinya. Lelaki itu menatap horor pada Leonor yang menumpu lutut kirinya di atas dadanya sedangkan kaki yang satu bebas menginjak tanah. Alam menelan ludah saat cengkeraman pada kerahnya semakin kuat. Leonor mendekatkan kepalanya dengan pelototan untuk lelaki itu.
"Nggak usah macem-macem lo sama gue ya! Gara-gara lo hidup damai gue bakalan berakhir setelah ini! Dan jika sampai gue dapet kesialan yang lebih parah, orang pertama yang gue cari adalah lo! Gue bakalan nyabut satu persatu gigi lo dan gue jadiin kalung jimat buat gue!" tekannya.

Alam mengatasi ancaman di depannya dengan senyum manis terbaiknya. Lesung pipinya tercetak di kedua belahan pipinya. Senyuman yang semakin menuju ke arah cengiran itu ia keluarkan untuk gadis itu.
"Calm down Sera, calm down. Santai okey? Tarik napas yang panjang dulu okey?" ujarnya.

"Gue nggak lagi bercanda!" potong Leonor.

"Iya tahu hehe. Sekarang alangkah baiknya lo lepasin gue. Kalo ada yang liat bisa salah paham." ujar Alam memberi alasan. Sadar akan posisi mereka yang sedikit ambigu, Leonor menarik diri dengan cepat lalu mengambil posisi berdiri. Alam sendiri langsung bangun dan duduk di bangku itu.

"Sera." Alam berinisiatif membuka percakapan.

"APA?!"

Alam tersentak lalu mengusap dadanya.
"Buset ganasnya." gumannya.

"Gue denger!" sinis Leonor.

Alam berdehem sebentar. Tangannya merogoh sakunya, mengambil benda keramatnya dan mulai berkaca. Hal itu semakin membuat Leonor bagai cacing kepanasan dan siap mengkuliti lelaki itu habis-habisan.
"Tunggu bentar, gue mau ngaca dulu." ujar Alam tanda rasa bersalah.

Merasakan aura kelam di sekitarnya, Alam memutuskan mengembalikan cermin ke dalam seragam khas jurusan Business Major. Lelaki itu menatap Leonor.
"Gue nggak mau minta maaf ya Sera. Soalnya kelakuan gue barusan itu termasuk pujian. Baik kan gue narik lo dari sana. Kalo nggak ada gue, lo keknya nggak bakalan ada niatan lepasin kaki lo dari cewek cupu itu. Harusnya gue itu dapat pujian atau sekedar ucapan terima kasih. Tapi nggak masalah, gue orangnya baik dan nggak ngeharapin apapun." ujar Alam dengan sangat lancar.

"GILA LO! LO PIKIR TINDAKAN LO ADA MANFAATNYA? KAGAK!" teriak Leonor meledak-ledak. Bolehkan sekarang ia melempar lelaki tampan itu ke dimensi berbeda? Menghirup oksigen yang sama dengannya tidaklah mudah.

Alam berdehem.
"Lo nggak bisa ngabil khidmat dari kebaikan hati gue, Sera."

"Kebaikan apanya?!" serobot Leonor.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang