A L A M 37

1.2K 170 3
                                    

Tidak ada satupun yang tidak menyukai weekand. Hari dimana segala aktivitas wajib di luar rumah diliburkan. Bagi umat-umat Nasrani, mereka memanfaatkan hari ini untuk beribadah kepada Tuhannya di gereja. Leonor untuk kesekian kalinya menginjakan kaki di gedung ini. Ia mengambil tempat duduk di barisan kedua dari depan.

Ia menenangkan diri selama satu menit sebelum kembali membuka matanya. Gadis itu memandangi sosok Alam yang bergabung bersama kru pemain musik di depan tak jauh dari altar. Lelaki itu telah siap di depan drum sambil memegang sticknya. Saat ia sedang sibuk memperhatikannya, Alam secara spontan menyusuri setiap sudut gereja. Dan saat ia menemukan keberadaannya, sosok itu tersenyum lebar lalu melambaikan tangan ke arahnya.

Leonor menjadi kikuk sendiri, apalagi saat teman-teman lelaki itu menatapnya dan ikutan melambaikan tangan. Dari sini ia bisa melihat jika krunya itu sedang meledek Alam yang masih tidak melepas pandangannya. Leonor memilih mengabaikan lelaki itu dan mulai membuka alkitab di tangannya, membuka nats firman untuk hari ini.

Selamat kurang lebih dua jam di sana, akhirnya kebaktian itu selesai dan berjalan dengan semestinya. Leonor meninggalkan bangkunya dan mulai keluar dari gedung.

"Leonor."

Mendengar namanya dipanggil saat ia sampai di gerbang, gadis itu langsung menatap ke segala arah. Sakha ada di sana, duduk manis di atas motornya tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kenapa?" tanya Leonor.

"Alam masih lama nggak?" tanya lelaki itu.

"Bentar lagi mungkin." tutur gadis itu seadanya.

Sakha menggaruk tengkuknya.
"Ohw gitu, yaudah gue tunggu aja." ujarnya.

"Woy."

Sakha maupun Leonor sama-sama menoleh dan mendapati Alam yang berjalan di ke arah mereka. Lelaki itu baru saja berpisah dari krunya di depan gereja.
"Kenapa lo?" tanyanya.

Sakha menatap Leonor sebentar. Mengerti maksud dari tatapan itu, gadis itu langsung mengambil langkah meninggalkan tempat itu, namun Alam menahan pergelangan tangannya.
"Langsung aja." ujar lelaki itu. Leonor memperhatikan tangannya, seketika ia canggung saja.

Sakha mengangguk dan mengotak-atik ponselnya. Kemudian ia memperlihatkan layar persegi itu.
"Ayah lo tadi nelpon gue. Gue nggak tahu dia dapet nomer gue dari mana. Tapi yang pasti dia nelpon gue karena lo nggak aktif." Sakha menjeda sebentar.

"Terus?" Alam bertanya.

"Dia nyuruh lo pulang sekarang juga, sebelum dia nyuruh orang buat jemput lo." Sakha menjawab dengan ragu-ragu. Ia tahu jika orang suruhan ayah lelaki itu yang menjemput, Alam pastinya tidak akan kembali dengan baik-baik saja. Sakha sudah menandainya setelah beberapa kali terjadi.

"Hem gue pulang sekarang." putus Alam.

Sekali lagi Sakha menggaruk tengkuknya. Ia tampak gelisah. Alam langsung bisa menangkap sinyal lain dari tingkah sahabatnya.
"Ada lagi?" tanyanya.

"Lo nggak disuruh pulang sendirian, tapi sama seseorang yang pernah Ayah lo minta." kata lelaki itu.

Leonor tidak tahu menahu dan tidak mengerti karena Alam menatapnya dalam diam. Sakha juga ikut memandangnya dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Gue pulang dulu." Sakha menepuk bahu Alam sebelum berpamitan untuk pulang.

Setelah lelaki itu tak terlihat lagi, tinggalah Alam dan Leonor yang berada dalam kesunyian. Sebenarnya Leonor sedikit penasaran. Entah kenapa setelah Sakha membicarakan hal tadi, Alam tampak berbeda. Lelaki itu terlihat sedikit tegang.

"Lo nggak mau balik?" tanya gadis itu kemudian.

Alam menatapnya lagi. Lalu menarik tangan gadis itu menuju kendaraan roda duanya.
"Lo ikut gue pulang ke rumah orang tua gue." ujarnya. Tentu saja ajakan itu tak disetujui Leonor. Hingga ia tak kunjung naik ke atas motornya, saat Alam sudah menunggunya.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang