A L A M 9

1.5K 203 7
                                    

"Lo mau bawa gue kemana?" Leonor berhenti melangkah, membuat Alam terpaksa ikut berhenti juga.

"Pulang." Lelaki itu kembali menarik tangan gadis itu menuju motornya yang terparkir rapi di parkiran.

"Nggak usah." Leonor menolak saat Alam menyuruhnya naik ke jok motornya. Lelaki itu sudah siap mengenakan helmnya dan sudah menghidupkan kendaraan roda dua itu.

"Gue udah nyuruh Kaiser buat izin ke pihak sekolah. Lo juga tenang aja, kasus ini dibantu dibawa sama anak-anak Star Gang ke BK." celetuk Alam.

Leonor masih diam di tempat dengan pikirannya yang merumit. Gadis itu tidak sadar sebelum beberapa saat kemudian Alam mengangkat tubuhnya, dan meletakkannya di atas motornya. Lelaki itu pun menyusul naik. Keduanya mulai menjauhi halaman sekolah dan memasuki jalanan lenggang.

"Harusnya lo jangan ikut campur." Leonor membuka suara setelah lama terdiam. Perkataan gadis itu sontak membuat Alam sendiri kebingungan hingga memelankan laju.

"Maksud lo?" tanyanya butuh penjelasan.

Leonor menghela napas.
"Harusnya lo nggak usah ikut campur. Tindakan lo secara nggak langsung semakin nyiptain bara api. Lo pikir Shine bakalan berhenti setelah lo kali ini juga lindungin gue?" ujarnya.

"Jadi gue harus biarin lo gitu? Gue biarin lo di posisi nggak menguntungkan itu disaat lo juga nggak ada niatan ngelawan." sahut Alam.

"Harusnya gitu. Dengan lo yang biarin gue kek gitu, Shine perlahan-lahan bakalan berhenti. Lo pikir gue bisa ngelawan? Walaupun gue rasanya pengen matahin leher dia, namun gue harus mendem gitu aja. Gue ngelawan sama aja nyari mati. Udah cukup gue dikeluarin dari pekerjaan. Gue nggak mau lagi harus putus sekolah cuman gara-gara itu." jelas Leonor.

Alam berdecak dan kembali menaikan laju motor hitamnya.
"Ngomong-ngomong lo belum ngejawab soal tawaran pekerjaan yang gue bilang waktu itu." ujarnya kembali mengungkit sesuatu yang hampir ia lupakan.

"Gue pikir lo cuman bercanda soal itu." tutur Leonor.

"Gue serius, akhir-akhir ini Elsa sering kesepian dan nggak keurus. Jadi dia butuh babysitter." seru Alam. Leonor berdehem menekan rasa tak habis pikir dengan alur pikiran lelaki itu. Hanya karena seekor bebek, ia rela menggunakan jasa babysitter dengan gaji besar? Ia pikir ada yang tidak beres dengan laki-laki itu. Ya, mungkin saja.

"Gue mau jadi babysitter bebek lo. Tapi Lo nggak ada nama lain selain Elsa? Orang-orang bisa salam paham sama bebek lo yang pada kenyataannya seekor bebek jantan." sembur Leonor.

"Nggak ada, itu nama terbaik buat Elsa. Gue ngasih namanya kek gitu sesuai pengalaman first meet kami." ujar Alam.

"Gue dan Elsa bertemu di tengah jalan 1 tahun lalu. Elsa kecil jatuh dari sebuah mobil pengangkut bebek. Waktu itu sedang hujan lebat. Gue rela basah kuyup dan berhenti di tengah jalan buat nyelamatin dia. Kita berdua sama-sama kedinginan. Gara-gara itu, gue sama Elsa hampir aja ditabrak sama emak-emak yang lagi ugal-ugalan karena hujan. Jadinya kita terguling ke sisi jalan buat ngehindar. Dipertemuan dingin itu, gue dapat inspirasi nama. Elsa, memiliki arti lain yaitu dingin dan mencengkam. Tapi di sisi itu juga memiliki arti harapan. Huhu gue sampe nggak bisa berkata-kata bisa nemuin nama indah itu." cerita Alam dengan begitu jelas.

Leonor di belakangnya menguap sambil mengucek matanya.
"Gue terharu banget." ujarnya datar.

Sesampainya di depan rumah, keduanya langsung beriringan masuk. Di ruang tamu, Freya sedang menemani Wayne dan Elios bermain. Melihat kehadiran mereka, wanita itu memberikan tatapan bertanya.
"Loh kalian kenapa pulang cepat?" tanya wanita itu.

"Ada masalah kecil tadi, Kak." jawab Leonor lebih dulu, mendahului Alam yang ingin membeberkan semuanya. Tapi hanya saja gadis itu tidak ingin membuat wanita itu kepikiran dengan nasib sialnya.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang