Sore ini Leonor mendapatkan tugas dari Freya untuk belanja kebutuhan mingguan mereka. Dan di sinilah gadis itu sekarang, mengangkat keranjang yang sudah diisi bahan-bahan kebutuhan terlebih bahan-bahan dapur. Leonor mengamati belanjaannya sesekali melirik catatan yang sempat diberikan Freya padanya.
"Cabe udah, bawang udah, ayam udah, roti tawar udah, ikan udah, tomat udah, sayur udah, bumbu serba praktis udah, sambun udah, cemilan udah, susu varian buah udah, sosis udah, biskuit bayi udah, susu formula udah, yang lain udah. Apa lagi ya?" Leonor mencocokan catatannya dengan benda-benda yang ada di keranjang belanjaannya.
Karena merasa sudah semua, gadis itu segera membawanya menuju kasir. Setelah belanjaannya dibungkus dan dibayar, gadis itu segera meninggalkan tempat itu. Namun ia harus terjebak tak bisa pulang, saat hujan deras sudah lebih dulu menyapa.
"Yaahhh mana lupa minta mantel lagi sama Kak Frey." keluhnya. Tidak mungkin juga ia menerobos dengan motor Freya, bisa auto bertemu Sang Pencipta. Karena itu, Leonor memilih mendudukan dirinya di bangku panjang depan minimarket. Gadis itu meletakan kresek di tangannya di samping dan mulai menunggu hujan reda."Loenor?"
Pemilik nama menggerakan kepala dan mendapatkan Arsa yang baru saja keluar dari pintu minimarket. Lelaki itu tampak terkejut sebelum tersenyum.
"Gue kira salah orang." ujarnya sebelum ikut bergabung di bangku yang sama dengan gadis itu."Lo habis belanja ya?" lanjutnya berbasa-basi.
Leonor mengangguk.
"Lo sendiri?" tanyanya.Arsa menggoyangkan kresek miliknya.
"Beli rokok." ujarnya jujur."Sebanyak itu?" sahut Leonor sedikit tak percaya.
Arsa tersenyum lalu mengangguk.
"Tapi bukan cuman buat gue. Buat anak-anak Star Gang lain." jawabnya cepat.Leonor beroh ria dan tidak bertanya lagi. Keduanya pun sama-sama diam sambil menatap ke depan. Lama tak ada suara, Arsa menoleh menatap Leonor.
"Gue baru tahu kalo lo satu rumah sama Alam." tuturnya membuka percakapan.Leonor ikut menolehkan kepalanya lalu bersandar pada dinding kaca.
"Lo tahu?""Dikasih tahu sama anak Star Gang lain yang sempat nganter kalian." ujarnya. Leonor mengangguk paham setelah mengingat-ingat kejadian saat dirinya dan Alam naik pick up.
"Gue harap jangan bocor sama penghuni sekolah." sela Leonor kemudian. Bagaimanapun, Alam bukanlah orang biasa di sekolah. Bisa mampus jika mereka tahu keduanya satu atap. Apalagi jika sampai didengar Shine.
"Tenang aja, aman kok. Lagian alamat Alam sengaja disembunyiin dari penghuni sekolah. Lo tahu sendiri gimana bringasnya penggemar fanatik." celoteh Arsa sambil terkekeh pelan.
"Ehh iya, lo kan anak boga. Pasti pinter masak dong? Kalo masak jangan pake bawang putih ya." Arsa tiba-tiba mengatakan hal aneh pada Leonor. Gadis itu sebelumnya pernah mendengarnya pada Freya, tapi sampai sekarang masih belum terpecahkan. Lebih tepatnya, Leonor tidak percaya dengan alergi. Yang benar saja ada orang alergi bawang putih.
"Kenapa?" Leonor bertanya.
"Alam alergi." jawaban yang sama untuk kedua kalinya Leonor dengar.
Arsa tampak berpikir sebentar setelah menatap ekspresi tak puas gadis itu.
"Setahu gue emang alergi. Pernah suatu hari ada anak Star yang yang masih baru ngasih kejutan dengan mesen makanan. Niatnya baik buat traktir kita. Nah kita juga nggak tahu, kita tahunya makanan itu dimasak di markas. Karena kalo masak di markas otomatis aman buat Alam. Ya jadi gitu, kita makan bareng-bareng. Belum sampe lima menit, Alam udah muntah darah. Kita bawa ke rumah sakit, kata dokter alerginya kambuh. Alam sampe dirawat inap selama tiga hari gara-gara perkara itu. Sejak itu, kita terus was-was sama makanan." Arsa menjelaskan secara garis besar. Leonor terdiam. Otaknya mendadak tidak bisa bekerja sama atau menerima ucapan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A M [END]
Teen Fiction"Kamu itu nggak usah minder. Kamu itu cantik ketika kamu bersyukur." Tentang Alam si cowok narsis yang selalu membawa cermin. Si satu-satunya makhluk bumi paling handal dalam hal membangkitkan darah tinggi Leonor, tetangga kamar kosnya.