A L A M 33

1.2K 159 3
                                    

"Leo." Joy menepuk bahu sang empunya yang sedang membaca novel genre thiller. Leonor menutup bukunya dan memberi kesempatan untuk gadis itu berbicara lebih lanjut.

"Karena hari ini gue ulang tahun, gue undang lo, Arsa dan juga William makan-makan di toko kue milik nyokap. Sekalian mau ngerayain pembukaan tokonya sih hehe." ujar Joy dengan riang.

Leonor mengangguk.
"Selamat buat toko kuenya yang udah dibuka." ujarnya.

"Selamat ulang tahun juga." lanjutnya membuat bibir Joy semakin tertarik ke atas. Gadis itu menyengir.

"Makasih ya hehe. Pokoknya lo harus dateng setelah pulang sekolah. Lo harus liat, kan lo sebagian besar udah nyumbangin ide buat desain toko kuenya. Jadi nyokap gue secara langsung mau ngucapin terima kasih sama lo." seru Joy.

Leonor menggeleng sembari memasukan bukunya karena bel masuk sudah terdengar.
"Cuman ide yang sesaat itu tuh." ujar gadis itu.

Joy mencebik.
"Isss lo sebenarnya punya bakat ngelukis pasti, kenapa dulunya nggak ke jurusan seni atau fashion?" ujarnya. Ia telah membuktikan dengan desain toko kue yang hampir semuanya dari Leonor. Itu pun gadis itu berikan secara cuma-cuma. Katanya cuman ide sesaat. Tapi Joy tidak akan percaya begitu saja setelah melihat langsung sketsa hasil tangan Leonor.

"Lebih tertarik ke boga aku tuh. Makanan adalah hal utama." Leonor menuturkan apa yang ada di pikirannya. Pikirannya sederhana, tanpa makanan orang kuat pun tidak akan bisa melakukan apapun. Dan di sepanjang hidupnya, ia sudah memikirkan akan menikmati makanan yang lezat hasil masakan sendiri. Makanan lezat tidak harus berbahan mahal. Asal pandai mengolah dan menjaga kebersihan, itu sudah sangat baik.

"Serah lo deh." Joy langsung kembali ke bangkunya saat guru yang mengasuh mata pelajaran pada jam ini masuk ke dalam kelas.

Setelah beberapa jam, akhirnya bel pulang tiba juga. Joy, Leonor, dan William berjalan beriringan di koridor yang sedang ramai-ramainya. Di parkiran terlihat Arsa yang sudah menunggu mereka.
"Bareng gue aja Leo." ujar lelaki itu menepuk jok belakangnya yang kosong.

Joy segera mendorong bahu gadis itu untuk segera naik. Leonor menurut saja, ia naik di atas motor merah Arsa, dan memegang bahu lelaki itu sebagai pegangan. Sedangkan Joy dibonceng oleh William. Akhirnya kedua motor itu meninggalkan SMK Dandelion menuju toko kue milik keluarga Joy yang berjarak sekitar 5 kilometer dari sekolah.

Setelah beberapa saat di perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan toko bergaya modern kekinian. Joy dan Leonor masuk lebih dulu ke dalam toko yang pintunya sudah terbuka.
"Mamaaa." Joy memanggil ibunya.

"Kalian duduk dulu di sana, gue panggilin nyokap dulu." lanjutnya sambil menunjuk sebuah meja tak jauh dari tempat mereka berdiri. Setelah memastikan tamunya duduk dengan tenang, Joy langsung berlari menuju dapur.

Tak lama ia kembali bersama sosok wanita dengan apron melingkari tubuhnya. Mereka berdua kembali dengan mendorong sebuah troli menu berisi aneka kue.
"Halo Bibi." Leonor dengan sigap menyalami wanita paruh baya itu disusul oleh William dan dan Arsa.

"Halo, bagaimana kabar kalian?" tanya Arunika, ibu Joy dengan ramah.

"Baik, Bibi." balas William.

"Terima kasih sudah meluangkan waktu ya. Bibi mengundang kalian untuk membuka toko kue ini bersama kami, sekalian menggelar acara sederhana untuk penambahan umur Joy." ujar Arunika.

"Kalian belum makan kan? Ayo coba kue toko ini, sebelum resmi di buka hari ini." ujar wanita itu kemudian. Satu persatu ia membuka penutup kue-kue cantik yang ia buka.

"Kita orang pertama dong, Bibi." sahut Arsa penuh semangat.

"Tentu saja. Kalian adalah orang pertama, jadi Bibi butuh pendapat kalian tentang rasanya. Ayo silahkan." ujar Arunika.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang