Alam tersenyum senang saat ia menapaki kakinya di dalam kamarnya, ruangan itu sudah bersih dan rapi dari terakhir kali ia di sini. Tentu saja semua terjadi bukan karena sampah bergerak sendiri ke tong sampah dan barang-barangnya terbang begitu saja menuju tempat asalnya. Semua terjadi karena kahadiran sosok yang tak hanya menjadi babu Elsa, tetapi babu lelaki itu tanpa ia sadari.
Alam menuruni anak tangga dengan senyum kelewat lebar. Di meja makan sudah diisi lebih dulu oleh Aaron, Tessa, Wayne, Freya, dan juga seorang gadis yang tampak familiar. Alam mendudukan dirinya di tempat biasa, lalu meneliti sosok di seberang meja dengan intens.
"Lo saudaranya Kak Dasha ya?" tanya lelaki itu spontan.
"Pftttt." Tessa menutup mulutnya dengan telapak tangan saat ia ingin menyemburkan tawanya. Sosok yang duduk di samping perempuan dewasa itu mendelik ke arahnya. Bibirnya maju ke depan beberapa senti.
Freya mengulum senyum. Lebih tepatnya ke senyum geli.
"Bukan cuman kamu kok Al. Kita semua juga hampir nggak ngenalin Dasha tadi tuh." ujar wanita itu sambil membenarkan rambut Elios yang sedang ia pangku.Alam menganga di tempat. Ia memperhatikan sosok gadis yang diyakini adalah Dasha.
"Kak, sejak kapan lo bisa serapi ini?! Lo salah makan tadi malam?!" tanyanya. Pasalnya, Dasha untuk pertama kalinya menggunakan pakaian kuliahan yang sudah disetrika. Tak hanya itu, rambut gadis itu diikat rapi tanpa menyisakan sehelai pun. Dan juga, wajah gadis itu tampak bersinar dengan sentuhan make up tipis. Tidak ada lagi mata panda yang melingkar sisi kelopak mata itu. Ini pertama kalinya dalam sejarah mereka mengenal Dasha, gadis itu berpenampilan rapi.Dasha yang ditatap seperti itu langsung merajuk. Gadis itu mencibir tak jelas sebelum berucap.
"Giliran gue cakep gini lo pada natap gue horor. Ck nyebelin ah." cetusnya."Bukan apa-apa loh Das, kita cuman kaget sekaligus bahagia. Akhirnya kamu bisa jaga penampilan juga. Kan kita nggak sakit mata lagi lihat pernampilan ambrudal kamu." sahut Aaron terlampau jujur, membuat Dasha semakin merajuk.
"Ngomong-ngomong tumbenan banget nih Das, cerita dong ada apa?" celetuk Freya.
Leonor datang sambil membawa masakan terakhirnya, meletakannya di atas meja.
"Judul Kak Dasha udah di acc." gadis itu berucap sambil mendudukan dirinya.Semua mata orang dewasa itu serentak menatap Dasha yang kini sudah tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya.
"Ohh pentesan." Freya, Aaron, Tessa, dan juga Alam berucap serentak.
"Hehehe ya gitu deh." cengir Dasha dengan pipi bersemu merah.
"Wahhh wahh lo mesti rayain nih Kak, akhirnya lo nggak teriak nggak jelas lagi." ujar Alam dengan enteng.
Dasha menggaruk pelipisnya.
"Emm gue nggak punya duit. Gue sekaligus aja rayainnya kalo gue wisuda. Gimana?" tawar gadis itu. Alam mengangguk setuju sambil tersenyum lebar."Udah itu, ayo makan. Hari ini Leo yang masak lohh." ujar Freya.
"Wihhh akhirnya gue bisa rasain masakan lo. Pasti enak." Dasha dengan semangat menyuapkan daging panggang ke dalam mulutnya setelah ia potong kecil-kecil. Mata gadis itu langsung berbinar-binar.
"Nah kan! Apa gue bilang! Masakan lo enak banget Leo! Nggak kalah sama koki restoran berbintang." Dasha memberi jempol ke arah Leonor yang tersenyum lega karena makanannya pas dilidah orang-orang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A M [END]
Novela Juvenil"Kamu itu nggak usah minder. Kamu itu cantik ketika kamu bersyukur." Tentang Alam si cowok narsis yang selalu membawa cermin. Si satu-satunya makhluk bumi paling handal dalam hal membangkitkan darah tinggi Leonor, tetangga kamar kosnya.