A L A M 4

1.9K 207 4
                                    

Leonor menuruni anak tangga satu persatu diwaktu yang sudah menunjukan pukul setengah enam sore. Gadis itu sudah lengkap dengan seragam khas mereka. Sebuah kemeja lengan pendek bewarna cokelat kotak-kotak bercampur hitam dengan bawahan celana kain panjang cokelat. Id card menggantung di lehernya yang jenjang. Rambutnya ia ikat tinggi.

Leonor berjalan menuju ruang tamu sambil menenteng sepatu putih. Gadis itu bergabung dengan Freya yang sedang menemani Wayne menggambar.

"Lohh Leo mau kemana rapi gini?" tanya Freya saat merasakan sisi sofa kanannya bergerak.

"Mau kerja Kak." jawab Leonor sambil memakai sepatunya.

"Kamu kerja dimana?" tanya Freya.

"Di rumah sakit jadi cleaning servis."

"Sampai jam berapa?"

"Jam sepuluh, mungkin sampai rumah setengah sebelas." jawab Leonor.

"Kamu naik apa nanti?" tanya Freya.

"Emmm mungkin naik angkutan umum deh." seru Leonor.

"Kakak punya motor matic di garasi, kamu pakai aja." ujar Freya.

Leonor menggaruk tengkuknya.
"Ehh nggak usah Kak, aku naik angkutan umum aja. Lagian aku belum punya SIM." tolaknya.

"Beneran nggak usah? Atau mau Kakak antar?" tawar Freya, membuat Leonor semakin tak enak.

"Nggak usah, Kak hehe. Aku berangkat dulu ya." ujar Leonor.

"Tunggu di sini." Freya bangkit dari sana menuju kamarnya. Sedangkan Leonor memilih menurut sambil ikut bergabung dengan Wayne yang begitu fokus.

"Wayne gambar apa?" tanya Leonor.

Wayne tersenyum lebar sambil menunjukan coretan karyanya yang penuh warna.
"Wayne lagi gambar Papa, Kak Leo." ujar lelaki itu dengan semangat.

"Wahh bagus banget gambar kamu." puji Leonor sambil bertepuk tangan melihat gambar manusia lidi bewarna hijau. Mendengar itu, Wayne sontak tertawa girang lalu mendaratkan satu kecupan di pipi gadis itu, membuat sang empunya terpaku sejenak sebelum tersenyum lebar.

"Hihi setelah ini Wayne mau gambar Kak Leo!" serunya.

"Beneran ya? Besok Kakak tagih kalo gitu." ujar Leonor.

"Asik banget tuh." Freya kembali sambil membawa sebuah tas putih. Wanita itu menyodorkannya pada Leonor yang kebingungan.

"Kamu belum makan malam lohh ya, jadi Kakak udah siapin bekal sama air minum buat kamu. Kalo ada waktu kamu makan ya. Tasnya juga kamu pake aja, itu tas Kakak waktu kuliah dulu, sayang kalo dibuang." ujar Freya.

Leonor mengerjap. Ia menerima tas itu lalu memeluknya.
"Makasih Kak. Aku jadi nggak enak." ujarnya dengan jujur. Freya menepuk-nepuk bahu gadis itu.

"Kamu ini kayak sama siapa aja. Semua penghuni rumah ini adalah keluarga. Udah sana berangkat, nanti kamu telat." ujar Freya.

Leonor tersenyum tulus.
"Yaudah aku berangkat."

Setelah berjalan kaki untuk mencari angkutan umum, Leonor memutuskan memesan grab sambil duduk lesehan di halte. Tak membutuhkan waktu lama, pesanannya langsung datang dan ia langsung menuju rumah sakit tempat ia bekerja.

Tapi nasibnya mungkin kurang beruntung kali ini. Di pertengahan jalan motor itu tiba-tiba berhenti mendadak.
"Lohh Pak? Ini kenapa?" tanya Leonor.

"Aduh maaf sekali Mbak. Bensinnya habis, Bapak lupa ngisi tadi." sang ojol meringis sambil menggaruk kepalanya merasa bersalah. Leonor turun dan membuka helmnya.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang