A L A M 31

1.2K 160 4
                                    

Inti Star Gang kali ini mengunjungi rumah anak jalanan yang berada di pinggir jembatan. Kedatangan mereka di sambut antusias oleh anak-anak dengan penampilan lusuh itu. Alam memarkirkan mobil pick up yang ia kendarai di samping rumah yang cukup memprihatinkan dengan luas yang hanya berukuran 5x7 meter. Rumah itu menampung 20 anak di dalamnya. Atapnya dari tenda yang bolong-bolong begitu menyedihkan, sedangkan dindingnya terbuat dari karung goni dan bambu sebagai penyangga.

Kaiser yang duduk di sampingnya langsung turun. Di belakang mobil, Sakha, Elijah, Reiner, dan Gabriel ikut serta menurunkan barang-barang yang mereka bawa turun dari mobil. Diantaranya berisi seng, semen, pasir, papan, pakaian-pakaian, selimut, dan sembako.

Anak-anak jalanan yang memperhatikan mereka mulai mendekat.
"Ayo adik-adik, bantu kita nurunin ini semua." ajak Sakha.

Setelah semua terselesaikan. Sosok lelaki yang dua tahun lebih muda dari mereka mendekat pada Kaiser. Matanya memerah dan sedikit berair.
"Makasih ya Abang-abang semua." ujarnya tulus.

Kaiser mengangguk. Sedangkan Alam berangkul bahu lelaki yang mau menangis itu dengan santai.
"Ayo mulai perbaikin rumahnya." ujar lelaki itu sambil mengangkat penokonya tinggi-tinggi.

"AYO!" teriak mereka kompak.

Inti Star Gang akhirnya mulai membedah rumah itu dibantu oleh anak-anak jalanan. Alam menanggalkan jaket dan kaosnya, hingga menyisakan singlet hitam saja. Ia kepanasan. Lelaki itu juga mengikat rambut yang menutupi dahinya. Tangannya dengan lancar memaku papan putih di depannya.
"Pakunya lagi." lelaki itu menyodorkan tangannya, lalu menerima paku yang disodorkan oleh gadis kecil yang terus menatapnya tak berkedip.

Sementara di atas, Kaiser dan juga Elijah bertugas memasang seng menjadi atap. Dan dibawahnya, Gabriel bertugas menyodorkan seng tersebut pada mereka. Sementara di sisi lain, Sakha dan Reiner bertugas mengaduk semen untuk nantinya dijadikan lantai.

Anak jalanan laki-laki yang lebih tua, yang berjumlah 5 orang bertugas mengangkat adonan yang sudah siap masuk ke dalam rumah. Sakha langsung meninggalkan Reiner dan masuk ke dalam rumah. Lelaki itu pun mulai meratakan semen yang dibawa anak-anak itu dengan teliti.

Saat hari mulai gelap, akhirnya semuanya bisa bernapas lega.

"Semennya masih belum kering. Gimana mereka tidurnya malam ini bos?" tanya Reiner.

Kaiser tampak berpikir. Matanya berkeliling ke segala arah. Ia menatap rumah yang berada tak jauh dari sana.
"Lo semua tunggu di sini, gue bakalan ngomong sama yang punya rumah. Malam ini mereka tidur di rumah itu, gue bayar satu malam." ujarnya sebelum bergerak ke sana.

Setelah hampir sepuluh menit Kaiser berbincang-bincang dengan pemilik rumah dan memberikan beberapa lembar uang, lelaki itu kembali dengan langkah lebarnya.
"Kalian malam ini tidur di sana. Ayo bawa barang-barang kalian." ujar lelaki itu.

"Sekali lagi makasih ya Abang-abang." ujar mereka serentak.

"Sama-sama, itu udah tugas kita bantu kalian." jawab Sakha.

"Lam, kunci pintunya." titah Elijah pada Alam.

Alam dengan sigap mengunci pintu rumah itu dan memberikan kuncinya pada anak laki-laki yang tadi hampir menangis.
"Simpan baik-baik, besok pagi kalian udah bisa pindah." ujarnya.

"Iya Bang, makasih ya." ujarnya lelaki itu terharu.

"Ayo jangan sedih-sedih, kita bantu bawa barang-barang kalian." ujar Gabriel.

Mereka semua mengangkut barang-barang mereka menuju rumah di seberang sana.

Sosok gadis kecil berumur 7 tahun menarik-narik ujung singlet Alam. Matanya berkedip-kedip cantik. Melihat tingkah anak itu, Alam langsung menyampirkan tas yang ia bawa di bahu kirinya, kemudian tangan kanannya ia gunakan untuk mengangkat tubuh gadis itu.
"Kenapa hem?" tanya Alam sambil melangkah menyusul yang lain.

A L A M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang