Rintik Ke-Sembilan

31.7K 3.4K 1.6K
                                    

Maaf ya kelamaan update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya kelamaan update.
Kemarin aku lagi ada musibah.

Seperti biasa
Jangan lupa vote sebelum baca

Jangan lupa ramaikan kolom komentar. Komen kalian lucu lo. Aku seneng bacanya.
Kalian pelit komen. Nunggu up satu bulan😅

Mari kita mulai

*
*
*
*
*

Maaf karena menyalahkanmu atas rasa sepi yang aku alami. Pada akhirnya aku sadar, semua bukan salahmu tapi aku memaksa untuk tetap tinggal.

 Pada akhirnya aku sadar, semua bukan salahmu tapi aku memaksa untuk tetap tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧🌧🌧

Agha menarik nafas panjang dengan wajah dilema saat menerima pesan masuk dari Launa. Hatinya di minta untuk memilih salah satu diantara dua gadis yang berharga dalam hidupnya saat itu juga. Pergi menemui gadis yang ia cintai atau diam bersama gadis yang selama ini ia cari. Agha lalu berpikir sejenak, menimang-nimang keputusan paling benar yang seharusnya ia ambil. Setelah beberapa saat berjibaku dengan kekalutan hati, akhirnya Agha mengambil sebuah keputusan, "Sorry, Tar. Gue harus pergi." Ucapnya pelan.

"Bagus...!!! Pergi aja sana...!!! Dan nggak usah lo balik-balik lagi..!!! Anggap aja pertemuan kita hari ini nggak pernah ada. Lupain gue. Lupain kalo lo pernah ketemu dengan Rahayu. Anggap aja dia sudah mati...!!!" gadis itu masih terlihat marah saat tau bahwa Agha adalah anak kecil yang dulu tak menepati janji.

"Cewek keras kepala." Dengus Agha kemudian memencet nomor dari dalam ponsel untuk menelpon seseorang. "Halo, Om Hilman. Ini Agha. Tolong kirim Ambulans ke pemukiman belakang lapangan sepak bola Kalijaga atas nama Pak Sarwanto. Dia meng__" belum saja Agha menyelesaikan kalimatnya, Utari datang menerjang hendak merebut ponsel yang menempel di telinga Agha.

"APA-APAAN SIH LO...!!! MATIIN NGGAK..?!!!" Bentak Utari sembari berusaha merampas ponsel yang tersambung dengan pengacara keluarga Agha yang bernama Hilman.

Namun dengan cepat Agha mengangkat ponsel tersebut setinggi mungkin sampai tidak bisa di jangkau oleh Utari. "KALO ANAKNYA NOLAK BAPAKNYA DI ANGKUT, PAKSA AJA OM...!!! SAYA YANG TANGGUNG JAWAB. TEMPATKAN PASIENNYA DI KAMAR VIP..." lanjut Agha masih dalam sambungan telpon dengan Pak Hilman.

Rintik Terakhir [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang