Rintik ke_sembilanbelas

23.9K 1.7K 394
                                    

Sebelum mulai membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mulai membaca. Vote dulu  gessss.. jangan pelit.
Vote... vote... vote...

Jangan lupa ramaikan kolom komentar di setiap paragraf. Terserah mau komen apa aja bebas.

Jadilah smart people dengan tidak membawa cerita atau nama tokoh ke dalam ceritaku.

*
*
*
*
*

Aku ingin menulis banyak hal tentangmu
Tapi mungkin akan sangat panjang
Dan akan memakan waktu lama
Jadi kupersingkat saja.
Rang... Aku Rindu.

 Aku Rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧🌧🌧

Saat itu angin diluar sana berhembus pelan. Mengantar malam yang semakin pekat dan dingin yang membeku. Menembus ketulang beberapa orang yang berada diruang tamu rumah bergaya Eropa klasik tersebut.

Andira yang masih tetap merengkuh Karang dalam pangkuan. Ada juga Mbok Jum yang duduk sambil memegang kaki anak susunya yang berselonjor dengan sesekali bergerak tak beraturan dan Mang Ujang yang berdiri tak jauh dengan sorot mata perih menatap Sang Tuan Muda yang masih meringis kesakitan.

Tak lama setelahnya Pramana datang dengan keringat disekujur badan sebab terlalu lama mengobrak-abrik kamar Karang untuk menemukan obat penenang yang ia cari. Namun nihil, obat tersebut tidak bisa lelaki itu temukan disisi ruang manapun, "Obatnya nggak ada, Ma. Papa udah bongkar semua rak bahkan ngeluarin semua isi lemari Karang. Tapi Obatnya nggak ketemu."

"Kok bisa? Didalam mobil juga nggaj ada. Padahal tadi siang Karang bilang kalo dia sudah minum obat. Tapi Mbok Jum nggak nemuin obat itu didalam Mobil." Balas Andira heran.

"Kalo gitu kita bawa Karang kerumah sakit aja. Papa ambil mobil dulu."

Namun tubuh Pramana terhenti kala reflek tangan Karang menarik piyama yang lelaki itu gunakan, "Ng-gak... Ng-gak..." Tolaknya.

"Tapi kepala Mas...?!"

Karang mengeleng dan meremas kedua mata menahan sakit, "Nanti juga sembuh sendiri kok, Pa."

Rintik Terakhir [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang