Rintik Ke-Sebelas

37K 3.2K 1K
                                    

Jangan lupa vote sebelum mulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote sebelum mulai.

Ramaikan juga kolom komentar di setiap paragraf.

Jangan pelit-pelit.
Tinggal ketik komen dikit doang masa gk mau.
Syedihhh🤒

Kalo sepi. Aku up sebulan lagi😏

Aku ingatkan kembali.
Rintik Terakhir akan segera terbit jadi mulai nabung dari sekarang. Kurangu makan seblak. Demi Karang.

Hidup Para Ranting Hati. 💪
Mulai

*
*
*
*
*

🌧🌧🌧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧🌧🌧

Pukul dua belas malam lampu kamar Karang masih menyala. Jari-jari lentiknya masih terlihat sibuk menari diatas papan keyboard laptop berwarna silver. Guyuran shower yang membasahi kepala dan seluruh tubuh mampu mengusir rasa kantuk yang sesaat lalu sempat hinggap. Beluam lagi dua gelas susu buatan Mama sudah terteguk habis. Kedua mata membulat dan menyipit bergantian. Lelah sudah pasti. Karena seharian ini kedua mata itu tak diijinkan sang empunya untuk beristirahat.

Karang sedang berusaha mengejar mata kuliah yang sudah banyak tertinggal. Seperti biasa, belajar otodidak tidak begitu susah untuk otak seencer dirinya. Pagi tadi dengan di temani Ibunda tercinta, ia berkeliling mencari bahan praktek yang bisa ia pakai untuk berlatih. Hanya di temani chanel youtube hasil rekomendasi dari Dokter pribadi keluarga dan beberapa rekaman praktek dari beberapa Dokter yang bekerja dirumah sakit miliknya, Karang mulai belajar cara mendiagnosa, menjahit, memasang infus, memeriksa tekanan darah, membaca USG dan beberapa kemampuan lain yang di perlukan oleh seorang Dokter.

Berbindel-bindel buku yang bertumpuk. Berpuluh-puluh file dan video, bisa Karang kuasai dalam waktu dua minggu saja. Sungguh di luar batas otak manusia normal.

"Boleh Mama masuk?" kepala Andira menyembul dari balik pintu yang tak tertutup sempurna.

"Eh Mama. masuk aja." Karang meregangkan tubuh dan memutar kepalanya karena pegal. "Kenapa Mama belum tidur?" lanjutnya sambil terus mengetik sesuatu.

Rintik Terakhir [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang