Selalu aku ingatkan. Sebelum mulai membaca. Harap berikan Vote terlebih dahulu. Vote gak susah. Tinggal klik tanda bintang.
⚠️WARNING⚠️
Mau cepat update? Ramaikan kolom komentar di setiap Paragraf.
Mau update cepat? Komen yang banyak. Jangan cuman modal next doang.
Jadilah smart people dengan tidak membawa cerita atau nama tokoh lain ke dalam ceritaku.
Are you ready?
GO*
*
*
*
*
Untuk kisah yang satu ini
Bolehkan aku keras kepala?
Sungguh aku tidak ingin mundur
Dan menyerah begitu saja.🌧🌧🌧
Andira sedikit bingung dengan tingkah Karang akhir-akhir ini. Ada yang sedikit berbeda dari si sulung yang biasanya manja dan banyak bertanya.
Andira sadar betul sebab Karang yang biasanya selalu gelendotan. Bertanya hal tak penting sekedar untuk bergurau. Namun kali ini menjaga jarak. Remaja itu lebih pendiam. Hanya menyapa ala kadarnya dan tidak banyak interaksi seperti yang biasa ia lakukan.
Karang juga sering menghindari obrolan keluarga. Tak pernah ikut makan malam dengan alasan yang sama. Apalagi saat Nenek Prasmoyo datang berkunjung. Alih-alih menyapa, sebisa mungkin Karang menyibukkan diri dengan hal yang tak penting.
Pernah sekali Andira menemukan Karang melamun menatap langit kosong. Pernah juga Andira melihat si sulung menyeka airmata sembari fokus menatap layar ponsel. Entah apa yang Karang lihat dalam benda berbentuk persegi panjang tersebut. Sampai-sampai ia meneteskan airmata dan tak menyadari kehadiran Andira yang sudah duduk disamping.
"Ini Mama buatin Jus Alpukat." Sapa Andira meletakkan segelas jus Alpokat diatas meja.
Karang pastinya terkejut dan dengan cepat menyelip ponsel disamping dudukan, "Eh Mama, Karang nggak pernah minta jus. Tapi makasi." Karang menyeruput jus menghadap samping. Menarik airmata yang hampir jatuh lalu mengubah raut wajah yang tadinya sendu ia paksa untuk terlihat sewajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Terakhir [ TERBIT ]
Teen Fiction"Tidurlah, Aru.. Dan aku mohon. Kembalikan Karangku...!!!" Musim hujan datang lagi. Silih berganti mengisi putaran alam yang itu-itu saja. Dia yang tertidur seharusnya terbangun dan menyapa. Rasa rindu berselimut sepi itu seolah-olah melekat tak ter...