Rintik ke-duapuluh tiga

20.5K 1.7K 1K
                                    

Seperti biasa, Vote dulu sebelum mulai baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, Vote dulu sebelum mulai baca. Cuman klik tanda bintang doang masa males.

Jangan lupa juga ramaikan kolom komentar. Mau komen apa aja bebas.

Mulai

*
*
*
*
*
Terima kasih telah mengenalkanku pada rasa yang seharusnya sudah sirna
Maaf jika aku masih menyimpan namamu dalam waktu yang lama dan tak tak semudah itu kulupa

Launa felicia_

Launa felicia_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧🌧🌧

Launa terbaring disebuah Rumah Sakit dipinggiran kota Jakarta. Ia tertidur pulas setelah diberi obat penenang dan diinfus. Menurut hasil pemeriksaan, Launa sangat terguncang. Peristiwa pohon tumbang sore tadi sangat menghentak gadis belia itu. Mungkin bagi sebagian orang, peristiwa itu terkesan biasa saja. Namun bagi Launa. Itu adalah peristiwa yang tidak bisa ia lupa begitu saja.

Launa pernah berlumur darah memangku Karang saat insiden penembakan terjadi. Gadis itu pernah menyaksikan Karang menggeliat bertarung nyawa dirumah sakit. Dan yang paling menyedihkan adalah, Gadis itu harus menyaksikan orang yang sangat ia cintai menghembuskan nafas terakhir tepat didepan matanya sendiri. Jadi mana mungkin ia akan baik-baik saja. Saat maut itu kembali mengintai lelaki yang sama.

Dikamar Vip yang tidak terlalu besar, terlihat Aru sesekali memeriksa keadaan Launa yang tertidur lelap. Lelaki itu memeriksa infus yang menetes lambat dan mengecek suhu tubuh Launa yang mulai stabil. Aru lalu menengadah ke tembok. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7.30 malam.

Oh ternyata malam telah datang. Pikirnya. Lantas Lelaki itu menghela nafas panjang karena Laura yang ia tunggu tidak juga menampakkan batang hidungnya. Kembali Aru melayangkan sebuah pesan singkat. Namun hanya centang satu yang bisa ia lihat.

Dalam hening diruangan serba putih tersebut. Terdengar sesekali Launa mengigau sayu. Gadis itu menangis dalam lelapnya pembaringan dan dinginnya malam. Perlahan Aru mendekat dan duduk dikursi samping tempat tidur yang tersedia. Lama ia menatap wajah manis itu. Seolah-olah sedang mencari jawab atas tangis Launa yang ia saksikan dalam tidur saat ini.

Rintik Terakhir [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang