Rintik Ke-Empatbelas

27.7K 2.3K 766
                                    

Sebelum mulai membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mulai membaca. Aku ingatkan Vote dulu. Jangan jadi tuyul yang datang ngendap-ngendap. Tinggalkan jejak kalian dengan menekan tanda bintang.

⚠️WARNING⚠️

Jangan lupa ramaikan kolom komentar di setiap paragraf. Mau komen apa aja terserah.

Mau update cepat? Komen yang banyak. Jangan cuman modal next doang.

Jadilah smart people dengan tidak membawa cerita atau nama tokoh lain ke dalam ceritaku.

Are you ready?
GO

*
*
*
*
*
Akan datang hari dimana aku bersimpuh dihadapanmu
Memintamu menjadi yang halal bagiku
Launa, Bersediakah kamu menjadi tujuan terakhirku?

*****Akan datang hari dimana aku bersimpuh dihadapanmuMemintamu menjadi yang halal bagikuLauna, Bersediakah kamu menjadi tujuan terakhirku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌧🌧🌧

Lengang menghampiri kamar besar dengan cat putih di padukan dengan warna abu tersebut. Hening mengukung meski disana terdapat dua orang remaja dan satu orang lelaki dewasa. Dua diantaranya sibuk bertemu pandang. Sedangkan satu orang lagi meringkuk didalam sebuah lemari pakaian, menangis sembari memeluk kedua lututnya pilu.

"Pa..." suara Biru segera memecah hening yang coba mereka pertahankan sedari tadi. "Kalo bukan Banu, Mas Agha, Mas Aru atau Tante Bhetari, terus dia siapa?" lanjutnya setengah berbisik.

"Papa juga belum tau. Tapi kalo Papa liat dari suara isak tangisnya, itu terdengar seperti anak kecil. Tapi Papa yakin dia bukan Banu. Karena Papa kenal sekali tangis khas Banu yang tidak mau Papa dengar lagi. Tangis anak kecil itu sangat menusuk hati Papa."

"Iya Papa benar. Biru sependapat sama Papa. Biru juga nggak mau dengar tangis Banu lagi. Tangis Banu benar-benar merobek hati Biru." Remaja itu menerawang jauh. Mengingat kembali masa-masa kelam saat mereka bertemu dengan sosok Banu yang sudah beberapa tahun ini tidak muncul lagi.

"Biru nggak bisa bayangin, sesakit apa mas Karang saat tinggal di Amerika dulu. Sampai tangisnya sangat melukai hati Biru."

"Iya. Pasti Masmu sangat menderita. Papa berharap Banu akan tidur selamanya. Dan tidak pernah muncul lagi."

Rintik Terakhir [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang