Epilog

21 3 0
                                    

"Ketika Sang Pemberi takdir telah bersabda, menulis takdir manusia tanpa salah tanpa cela.

Kita di hadapkan pada problematika kehidupan yang menekan batin terdalam, sangat berat hingga rasanya ingin menyerah."

Aku kini berada di sebuah rumah yang sebenarnya bukan rumah baru, rumah yang pernah aku kunjungi tapi tidak sering, yakni di rumah kakek dan nenek yang sudah lama tidak dihuni sebab raga mereka telah lama meninggalkan bumi. Jika dulu rumah ini kurang terawat, maka mulai sekarang aku yang akan merawatnya.

Setelah mengirim pesan terakhir kepada orang-orang yang ku anggap dekat, kini aku mencopot SIM Card ku dan menonaktifkan ponselku untuk waktu yang belum pasti. Untuk sejenak, aku ingin menenangkan diri, mungkin cara inilah yang mampu membuatku untuk sedikit tenang dan terus bertahan, iya dengan cara ini, cara yang mungkin tidak bisa dibilang dewasa dan bijaksana, ku kira banyaknya pelajaran hidup yang sebelum-sebelumnya akan mampu membuatku menjadi orang yang lebih pemberani, tapi nyatanya tidak, aku belum bisa seberani dan sekuat itu, aku tidak bisa untuk terus tinggal dan mencoba mencari jalan keluar yang lebih baik, membicarakannya baik-baik bersama orang tuanmisalnya.

Untuk beberapa saat aku termenung, sekilas mengingat perkataan Manggala "Setiap orang punya ujiannya masing-masing, porsi yang Tuhan kasih juga berbeda, tidak mungkin pundak yang kokoh terlahir dari ujian yang ringan, tidak mungkin juga jiwa yang besar terlahir dari masalah yang kecil, tidak mungkin kebijaksanaan terbentuk tanpa melampaui banyak hal sulit dalam hidup" Tak terasa air mataku melesat membasahi pipi, lantunan kata menguntai doa kepada Sang Pecipta.

Tuhan maafkan aku dari apa-apa kesalahan yang kuperbuat

Dari sesiapapun yang tanpa sengaja ku sakiti dan ku lukai

Dari apa-apa yang mengakibatkan rasa benci

Tolong, maafkanlah segalanya

Dan bolehkah aku meminta ?

Tuhan bisakah sedihnya sedikit saja

Gundah gelisahnya jangan banyak-banyak

Pusingnya jangan berat-berat

Tolong bahagianya dilebihkan

Bisakah dengan rentan waktu yang agak lama, diri ini bisa merasakan benar-benar baik saja?

Bisakah begitu ?

Tentu bisa kan ? Karena Engkau Maha Kuasa

Tentu bisa kan ? Karena Engkau Maha Segala

Terkadang, terlampau banyak yang dirasa, yang keluar bukan lagi kata-kata, melainkan air mata. Untuk sekarang, aku sedang bingung, sedang tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, atas apapun, bagaimanapun, Tuhan aku berserah.

Aku berharap suatu hari saat aku kembali, aku bisa menjadi Seruni yang lebih bijaksana, lebih kuat, lebih tangguh dan lebih tabah dari sebelum-sebelumnya.

Terimakasih desember akhir yang kelabu, sampai jumpa di cerita yang lebih cerah, semoga, sampai bertemu kembali di titik terbaik menurut Tuhan.

Pesan untuk yang sedang baca:

Aku hanya ingin kamu bisa jujur dengan apa yang kamu rasakan, kalau kamu memang merasa bahagia dan butuh untuk tertawa maka tertawalah selepas yang kamu mau, kalau kamu merasa sedih dan butuh untuk menangis maka menangislah sederas yang kamu mau, kalau kamu merasa biasa-biasa saja dan tidak butuh untuk tertawa atupun menangis maka lakukanlah, diam saja pun tidak apa. Karena semua perasaan itu valid dan berhak dirayakan sebagaimana apa yang kamu rasakan dan kamu butuhkan, kamu berhak untuk jujur kepada dirimu sendiri maupun kepada orang-orang yang kamu percayai. Jadi, atas apapun dan bagaimanapun perasaanmu saat ini, aku harap kamu mampu merasakan serta merayakan dan memaknainya secara bijaksana.

Lalu, jika kamu berada di tempat yang sangat membuat mentalmu kacau dan berantakan, kamu tidak lagi sanggup untuk bertahan, atau kamu tak mampu menanganinya dengan baik, sebab semua diluar kendalimu, mungkin saatnya kamu mengambil keputusan untuk pergi dan rehat sejenak, menenangkan pikiran agar mampu berpikir lebih jernih untuk mencari solusi yang baik.

Salam tabah,

Seruni


🤍 SELESAI 🤍

SADRAH ✔️ (Part Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang