Aku kembali membuka whatsappku untuk sekedar melihat-lihat status dan aku mendapati ada status baru, aku membaca nama yang tertera paling atas “Mas Manggala”, rasa penasaranku begitu besar sehingga tanpa berpikir panjang aku langsung membuka status tersebut, potret tangan yang sedang memegang raket badminton dengan ada shuttlekock diatasnya dengan latar belakang lapangan tanpa menuliskan caption apapun itu sudah cukup mampu menjelaskan keberadaan beserta aktifitas Manggala, aku hanya tersenyum setelah melihat statusnya.
Aku pernah mendengar kalimat paling hits di tahun ini, bunyinya "Daripada di telepon aku lebih suka bertukar pesan, karena dengan begitu aku masih bisa membaca kembali percakapan kita ketika Tuan sudah tertidur." Dan aku sangat setuju dengan hal itu, relate banget dengan yang aku alami dan yang sedang ku lakukan saat ini.
Tapi jika aku diberi takdir untuk ia telepon, maka aku juga tidak kalah senangnya, karena sekarang smartphone bisa digunakan untuk merekam percakapan, jadi ketika telepon berakhir, aku masih bisa mendengar suaranya lagi. Jadi, antara di telepon atau dikirim pesan, dua-duanya sama membahagiakannya jika itu dilakukan oleh orang yang kita suka.
Suhu dikamarku tiba-tiba berubah jadi dingin seperti ada yang sedang menyalakan AC, padahal jangankan AC, kipas angin saja tidak ada disini. Sepertinya aku terlalu berkhayal kejauhan tentang sosok bernama Manggala.
Malam semakin larut, justru membuatku semakin susah tidur, banyak ketakutan yang menghantui kepalaku, aku memastikan nafas dari semua anggota keluargaku, pertama aku menuju ke bapak yang tidur di ruang tengah dengan TV yang masih menyala – ketiduran adalah kebiasaan bapak kalau sedang menonton TV -, beralih menengok ibu yang sedang tidur di kamar, kemudian mengintip adik yang juga sedang tidur dikamar, memastikan bahwa perut mereka masih naik turun tanda bahwa pemilik raga itu masih bernafas. Kalian tahu, bahwa ketakutan paling besar bagi manusia selain sendirian adalah ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Dan ketakutan itu tiba-tiba hadir menyapaku malam ini.
Membayangkan bagaimana hari-hari jika tanpa adanya salah satu dari mereka adalah hal yang tidak bisa ku bayangkan, tidak, aku tidak bisa membayangkan kejadian semenakutkan itu. Tapi, kata orang, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan itu hanya perihal waktu, bukan tentang seseorang siap atau tidak siap, dan aku selalu berdoa, berharap agar waktu yang kumiliki bersama dengan mereka masih lama, selama mungkin.
Kemudian pikiranku kembali menjelajah, hingga banyak hal yang sedang berkeliaran memenuhi isi kepalaku, tentang bagaimana aku dimasa depan, siapa jodohku, bagaimana aku bisa menjadi contoh yang baik untuk adikku, bagaimana aku sukses untuk membuat orang tuaku bangga, meskipun sebenarnya aku sendiri tidak tahu parameter kata sukses itu seperti apa dan bagaimana gambarannya. Apakah iya dengan pekerjaan yang enak, gaji yang besar, rumah megah bertingkat, mobil mewah ? Apakah itu parameter kesuksesan ? Bagaimana dengan sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada kekurangan ? Apakah itu bisa dibilang sukses. Sepertinya aku tidak tahu parameter yang jelas untuk sebuah kesuksesan di dunia.
Entah kenapa ya? Waktu malam adalah waktu paling baik buat overthingking. Padahal sudah tahu kalau itu tidak baik, tapi tetap saja dilakukan, dasar manusia, eh dasar aku.
Aku yang nggak bisa mengerti isi kepalaku, atau isi kepalaku yang terlalu rumit untuk bisa di mengerti ? Atau mungkin pada dasarnya, setiap orang memang tidak bisa memahami isi kepalanya sendiri ?
Detik berikutnya, senyum manis terpampang jelas diwajahku, bayangan tentangnya terputar kembali secara acak di pikiranku. Seorang laki-laki yang telah mengajarkan beberapa hal baik.
“Setiap hari selalu saja ada masalah yang di hadapi, ya sebagian orang bilang bahwa adanya masalah memang untuk hidup, jadi sudah keharusan untuk menyambut masalah menjadi tantangan yang menumbuhkan dan berdamai dengan kekecewaan jika dihampiri kegagalan. Dalam hidup, kita dituntut untuk belajar dan terus belajar dengan sebaik-baiknya, sedangkan hasil di luar kuasa.” Perkataan Manggala di masa sekolah ketika aku sedang menangis saat jam terakhir pelajaran di mimbar Musholla terekam jelas dalam memori kepalaku. Dia selalu nampak dewasa dalam berbicara maupun berbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADRAH ✔️ (Part Lengkap)
RomansaAku tidak tahu bagaimana takdir akan bekerja nantinya, entah melangkah mendekat ke arahmu atau jusrtu melangkah jauh darimu. Tapi satu hal yang akan ku jadikan pegangan, pada segala rasa serta asa, aku bermunajat, mengalah lalu berserah. Dari yang t...