Setelah tiba dirumah, aku merebahkan tubuhku di atas kasur, mengingat bincang hangat dengan Aurin tadi, membuatku merasakan seperti ada sebuah energi baru yang mengalir ke dalam tubuhku, energi penyemangat yang membuatku semakin semangat dari sebelumnya. Pandanganku menuju pada topi dan dasi abu-abu yang tergantung dalam dinding kamarku, topi dan dasi khas milik anak SMA yang sudah tidak pernah lagi ku pakai setelah dinyatakan lulus.
Entah kenapa tiba-tiba aku ingat dia, tiba-tiba aku ingin tahu kabar tentangnya, tiba-tiba aku ingin tahu dia sedang apa? Apa iya sedang memikirkan aku juga? Hahaha, enggak, nggak mungkin. Aku paling tidak suka kalau seperti ini, aku paling benci punya rasa penasaran, apalagi kalau orang itu harus dia. Tiba-tiba aku ingat kejadian dua tahun yang lalu, waktu masa-
masa SMA, rasanya aku kangen di cie-ciein sama teman-teman kalau sedang berpapasan dengannya atau hanya sekedar lewat di depan kelasnya. Tapi kalau di ingat, rasanya lucu juga, jadi kangen, aahhh aku jadi senyum-senyum sendiri sekarang.“Laki-laki itu, kakak kelasku, yang punya senyuman paling tulus dan paling ramah. Seseorang yang memberiku payung di gerbang sekolah saat gerimis tiba.” Setelah suara petir menghilang kini banyangannya kembali hadir.
Dan aku menyadari bahwa ternyata; “Rindu ini selalu mengalir kepadanya tanpa jemu.”
Entah seberapa dalam rindu tertancap di palung hati, jika bisa ditumpuk tidak tahu
setinggi apa?Entah sudah berapa malam ku habiskan tangis untuk mengadu kepada Sang Pemberi rindu untuk segera menuntaskannya dengan sebuah temu, meminta skenario terindah agar lekas berjumpa.
Jika rintihan doa dan tangis ini tak cukup mampu untuk merayu dan membuat Tuhan luluh, maka aku tidak tahu harus menggunakan cara yang seperti apa lagi.
Dari sekian banyak perasaan, rindu memang perasaan paling menyusahkan.
Andaikan potret dirimu bisa menjelma menjadi kamu yang nyata, maka setiap waktu disapa rindu akan ku minta potretmu untuk menjad nyata di hadapanku, tapi ini hanyalah ketidakmungkinan yang mutlak .
Dan pada suatu malam paling sunyi, pada menit paling tersembunyi, namamu semakin ramai berbunyi memenuhi mendobrak isi kepala yang semula tenang, mengalir membasahi pipi yang kering, luruh berkali-kali, jatuh dengan begitu derasnya.
Aku memejamkan mata, kemudian berdoa. Ku lakukan itu karena katanya do’a bisa melepas rindu pada seseorang. Meskipun aku tidak tahu bagaimana kebenarannya, apakah itu valid atau tidak, tapi tidak ada salahnya kan di lakukan ? bukankah berdoa adalah obat dari segala apa yang dirasa oleh hati ?
Ternyata dengan adanya rindu, aku belajar bahwa kita harus menghargai yang ada sebelum menjauh, mensyukuri dan menjaga apapun yang kita miliki saat ini dan yang ada di dekat kita sebelum ia tiada.
Tak lama, hujan mulai turun menemani malam yang semakin petang.
Hujan disini masih sama, masih tetap menyisakan rasa dingin setelahnya, juga rasa damai turut membersamainya. Suara katak saling bersahutan, mencipta suasana ramai di tengah keheningan, mungkin akan mengganggu istirahat malam bagi sebagian orang, tapi tidak akan terganggu bagi mereka yang tahu bahwa suara itu adalah bentuk dzikir dan pujian kepada Sang Pencipta.
________
Haii, jumpa lagi dengan cerita SADRAH,
Vote dan komennya selalu ditunggu yah 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
SADRAH ✔️ (Part Lengkap)
RomansaAku tidak tahu bagaimana takdir akan bekerja nantinya, entah melangkah mendekat ke arahmu atau jusrtu melangkah jauh darimu. Tapi satu hal yang akan ku jadikan pegangan, pada segala rasa serta asa, aku bermunajat, mengalah lalu berserah. Dari yang t...