Aturan baca :
1. Siapkan hati yang tenang, baca pelan-pelan, resapi
2. Komen di setiap kata yang mewakili hati kalian banget. Karena, Vote dan komen adalah bentuk dukungan nyata agar cerita ini bisa berlanjut
3. Kalau suka dengan ceritanya jangan lupa rekomendasiin ke temen-temen kalian ya, :))BIG LOVE
Happy reading....
_______________
Setelah beberapa menit mengendarai sepeda motor di bawah guyuran hujan di temani terputarnya memori memori masa lalu menjadikan perjalanan ini terasa lebih cepat.
“Kehujanan lagi mbak ?” Seorang laki-laki yang tingginya melampauiku tapi usianya jauh lebih muda empat tahun dariku menyambutku di ambang pintu, laki-laki itu adikku, satu-satunya.
Mbak adalah kata sapaan terhadap wanita di daerah jawa.
“Iya.” Aku hanya menjawabnya dengan nada cengengesanku, kemudian masuk mengambil handuk. Ia tidak tahu kalau kakaknya ini sebenarnya bukan kehujanan melainkan memang berniat hujan-hujanan.
Aku berjalan melewati ruang tamu dan melihat ada bapak sedang duduk di kursi, “Kalau hujan mbok ya menepi dulu.” Kata bapakku yang selalu mengingatkan karena khawatir, tetapi nasihat itu selalu ku abaikan dan selalu ku ulangi dengan pakaian yang basah kuyup setiap kali di luar sedang hujan dan aku dalam perjalanan pulang.
“Iya pak.” Jawabku menenangkan, tetapi selalu tidak ku tepati karena pada kenyataannya aku selalu pulang dengan kondisi yang meresahkan.
“Nanti kalau sakit gimana ? Siapa yang repot ? Kita.” Kata seorang perempuan yang sedang membawa mangkuk di tangannya. Kalau sedang hujan, beberapa sudut di rumahku memang ada yang bocor, kami menggunakan mangkuk untuk menadahinya agar airnya tidak tercecer semakin luas di lantai.
“Iya bu.” Jawabku.
Siapa yang tidak senang di khawatirkan oleh orang tua ? Tentu, aku bahagia jika mendapat perlakuan seperti ini, tapi tentu saja tidak selalu, hanya dalam kondisi tertentu saja, seperti sekarang ini.
Aku segera mengganti bajuku yang basah, duduk di tepi kasur sambil memakai kaos kaki sebagai penghangat. Mataku terpejam untuk meningkatkan kepekaan telingaku, ternyata aku mendengar rintikan hujan masih setia jatuh di luar sana.
“Tuhan, jadikan hujan ini bermanfaat dan membawa keberkahan.”
Hujan adalah salah satu bentuk rahmat Tuhan, alangkah baiknya jika berdo’a yang baik-baik juga, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain dalam cakupan yang lebih luas, juga untuk alam raya.
Aku sedang berada di kamarku yang bernuansa soft purple, ditemani oleh teh hangat yang baru saja ku buat dengan takaran gula dua sendok makan karena aku suka manis.
Setelah menyeruput teh tersebut, aku merasakan kehangatan dalam tenggorokanku. Sedang asyik menikmati teh manis, mataku tak sengaja menatap kartu tanda peserta SNMPTN dan kartu peserta UTBK SBMPTN tergelatak di atas meja rias samping kasurku. Aku meletakkan gelas berada di genggaman tangan dengan isi yang sudah tandas itu ke meja, kemudian beralih mengambil kedua kartu tersebut. Pada kartu tanda peserta UTBK SBMPTN mataku membacanya lamat lamat, nama, universitas pilihan, jurusan yang dipilih, nomor peserta, tempat ujian, nomor ruangan ujian, semua masih bisa ku baca dengan jelas. Kejadian demi kejadian kembali menyeruak, memori yang masih hangat kembali muncul.
Flashback 6 bulan yang lalu.
Setelah mengetahui informasi bahwa aku gagal di SNMPTN aku memutuskan untuk mengikuti UTBK SBMPTN. Hari sudah berjalan Tiga hari, itu artinya pengumuman mengenai SBMPTN akan segera ku ketahui apakah aku lolos atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADRAH ✔️ (Part Lengkap)
RomanceAku tidak tahu bagaimana takdir akan bekerja nantinya, entah melangkah mendekat ke arahmu atau jusrtu melangkah jauh darimu. Tapi satu hal yang akan ku jadikan pegangan, pada segala rasa serta asa, aku bermunajat, mengalah lalu berserah. Dari yang t...