“Mata itu, mata yang selalu terlihat tulus, memandang siapapun dengan pandangan yang layak, yang ramah, pandangan penuh kedamaian dan cinta.”
Setelah perjalanan panjang, berputar-putar mencari alamat yang benar, akhirnya sekarang aku menginjakkan kakiku di sini, di depan stasiun Mahabbah Radio dengan berkas-berkas ditanganku yang telah ku persiapkan tempo hari.
Sangat tidak menyangka bahwa radio yang selama ini aku dengar memiliki bangunan gedung sebegitu besarnya, lebih besar dari rumahku. Dengan masih adanya perasaan kekagumanku pada bangunan ini, aku melangkah menghampiri penjaga.
“Pak permisi, saya mau melamar.kerja disini, apakah masih ada lowongan ya pak?” Tanyaku penuh kehati-hatian.
Beliau menyambutku dengan senyuman ramah, kemudian menjawab, “Oh iya masih mbak, mari saya antar.”
Aku tersenyum mengucap syukur, kemudian mengikuti beliau di belakang.
“Mbak, ini ada yang mau ngelamar kerja.” Resepsionis, begitulah tulisan yang aku baca di mejanya.
“Saya permisi ya neng, neng sama mbak Risa dulu.”
“Iya pak, terimakasih banyak.”
“Bisa saya lihat berkas-berkasnya dulu mbak?” Seseorang yang ku ketahui bernama Risa tersebut mengulurkan tangan.
“Oh iya ini mbak, silahkan.” Aku memberikan berkas itu dengan perasaan yang penuh harap. Bersamaan map dibuka dan ia mulai mengecek berkas-berkas di dalamnya, aku merasa deg-degan, takut jika ada yang kurang. Ku rapalkan doa-doa sebagai penguat untuk diriku yang mula dilanda kecemasan.
“Sudah lengkap, sudah sesuai adminitrasi.” Lanjutnya sambil merapikan dan menutup kembali map yang baru saja dia buka. Dia kembali memberikan berkas itu kepadaku. Untuk sesaat aku merasa lega.
“Mari ikut saya.”
Aku menuruti perkataannya kemudian dia berhenti di depan ruangan yang bertuliskan “General Manager”, tertempel di depan pintu.
“Ini ruangan General Manager Mahabbah Radio, sekaligus merangkap sebagai Kepala Divisi Pemrograman, mbak bisa tunggu di dalam, setelah ini beliau akan datang.”
“Masuk ke dalam mbak? Emang nggak papa? Saya nunggu di luar saja deh tidak papa.” Tawarku.
“Tidak papa mbak, ditunggu di dalam saja, biar nanti langsung di interview. Biasanya juga seperti ini kok, mbak tenang saja, keamanan disini sangat terjamin, di dalam ruangan juga sudah ada cctv, jadi mbak nggak perlu khawatir, kami cuma menghindari adanya antrian panjang setelah ini, karena pelamar lain biasanya mulai berdatangan.” Penjelasan panjang lebar yang membuatku mengerti.
“Ya sudah mbak, saya tunggu di dalam ya.”
“Saya tinggal dulu, permisi.” Dia berlalu pergi meninggalkan aku.
Aku memberanikan diri untuk masuk dan duduk di kursi yang telah di sediakan dengan pintu yang tetap terbuka.
Aku memandangi sekeliling, menyapu segala objek yang ada di sekitar ruangan ini dan ketika suara pintu terbuka aku yakin dialah seseorang yang sedang aku tunggu - General manager dari Mahabbah Radio-, aku menegakkan badan berusaha menyiapkan diri untuk menjemput sebuah peluang yang akan datang, untuk sebuah pekerjaan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADRAH ✔️ (Part Lengkap)
RomansaAku tidak tahu bagaimana takdir akan bekerja nantinya, entah melangkah mendekat ke arahmu atau jusrtu melangkah jauh darimu. Tapi satu hal yang akan ku jadikan pegangan, pada segala rasa serta asa, aku bermunajat, mengalah lalu berserah. Dari yang t...