"Kamu belum tidur, So?" tanya Kai ketika menemukan Jisoo masih ada di cafe hotel yang mereka tempati. Tenang saja, mereka tidak berada dalam kamar yang sama itu karena Kai masih sadar dan Jisoo bukanlah wanita segampang itu. Mereka memutuskan kembali liburan bersama karena untuk yang kesekian kali mood Jisoo dalam mode sedih dan gundah gulana.
"Kamu sendiri belum tidur?" tanya Jisoo kembali.
Akhirnya mereka berdua memutuskan saling bertatap-tatapan dengan kopi yang mereka pesan, "Kai ..." panggilan Jisoo berhasil memindahkan tatapan Kai.
"Kita berdua apa benar sedang lari dari semua masalah ini?" Hal itu justru membuat Kai tambah berpikir.
Kai menyadarkan dirinya ke kursinya, "Jujur Jisoo, aku memang sedang berlari dan aku juga harus jujur kalau kamu adalah pelarianku. Aku berharap selamanya kamu adalah pelarianku walau nyatanya aku terlalu takut mengakui bahwa aku mulai menjadikanmu sebagai keseriusanku." Jisoo memegang erat pegangan gelasnya.
Kai bukan orang yang bodoh, dia selama ini memperhatikan segala gestur Jisoo saat bersamanya dan memang benar kalau perasaan Jisoo hanya segitu saja. Mereka memang bersama tapi jiwa Jisoo tidak pernah ada di sini dan semua perlakuan manis Jisoo hanya sebagai kedok kalau Jisoo adalah teman yang baik. Jisoo memang menjadikan Kai sebagai pelarian tapi Jisoo masih punya hati dan tau batasan. Sementara Kai sudah tidak peduli dengan batasan itu malah ingin menjadikan semuanya berlebihan.
"Apa pelarian kita selama ini tidak menjadikan kamu finishnya di pelukan aku, So?" tanya Kai lagi.
Jisoo kalah, dia tertunduk kemudian memegang tangan Kai erat sambil menangis tersedu-sedu, "Aku minta maaf Kai, aku sudah berusaha dengan seluruh perasaan dan kekuatanku untuk ikhlas dan menerima kamu lebih dari seorang teman tapi tidak berhasil. Kamu akan selalu jadi tempat ternyaman sebagai sahabat dan saudara untukku. Beberapa hari terakhir ini aku mulai menyadari kalau meninggalkan Jimin adalah sebuah hal yang salah tapi mengingat dia tidak pernah menjadi milikku membuat aku sakit dan ingin lari," tangis Jisoo semakin menjadi-jadi.
Kai memeluk Jisoo, seharusnya dia tidak perlu sesakit ini tapi memang benar pengakuan Jisoo yang tidak mencintainya membuat segalanya semakin sakit, "Aku yang minta maaf So, aku tidak pernah memperhitungkan perasaan kamu kalau kita tidak akan pernah bisa lebih. Aku dengan bodohnya malah memasukkan perasaanku sendiri, aku harap kita tidak canggung yah. Kita tetap berteman seperti biasa, kan?" Kai memberikan jari kelingkingnya untuk Jisoo dan tentu saja Jisoo mengaitkannya dengan jari kelingkingnya tanda setuju. Selamanya Kai akan menjadi tempat bersandar Jisoo dan Jisoo harap Kai juga begitu kepadanya.
"Tentang Jimin... aku sarankan kamu jujur padanya kalau kamu memang benar mencintainya. Persoalan dia benar memiliki perasaan kepada Jiu dan perasaannya kepadamu sudah berakhir itu berarti kamu juga harus move on seperti aku. Ingat Jisoo, tidak semua perasaan harus dipaksakan begitu dengan aku ke kamu dan cobalah ini ke kamu dan Jimin. Tapi tenang aja, aku orangnya baik, aku akan selalu mendoakan kamu agar cinta kamu dan Jimin berhasil."
Mereka akhirnya saling berpelukan, malam itu adalah malam trip mereka yang paling berarti. Mereka berhasil menembus tembok yang selalu mereka jaga agar tidak ada hati yang tersakiti padahal memang tembok itu harus dihancurkan agar masing-masing hati saling lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama (Fakestagram BangtanPinkExoCatcherVelvet)
Fanfictionterus kalian pikir saya yang menentukan semua pasangan dalam cerita ini?! semuanya ditentukan oleh wheel spinner jadi kalau mau marah yah marah aja ke dia tentang social media BTS, Blackpink, EXO, Red Velvet dan Dreamcathcer dengan pasangan dan ALUR...