Hyein duduk di taman yang berada di belakang kampus, untungnya tidak banyak mahasiswa yang lalu lalang.
Kedua tangannya menutupi wajah, ia malu jika orang lain tahu kalau wajahnya memerah karena menahan tangis.
"Hyein-ah..".
Hyein terperanjat dengan buru-buru memperbaiki raut wajahnya yang nyarus menangis.
"Hm.. Hae..".
Itu Haerin, teman se-jurusan Hyein.
"Udah nangis aja..".
"Kok gitu..?". Hyein jelas heran.
"Pasti sedih karena properti club pada rusak kan..?".
"Kok tau..?".
"Semua orang udah tau..".
"Hah..? Kok bisa tau..?".
"Duh.. sampek sekarang kamu masih belum nyadar yaa kalau kamu tuh populer karena jadi pacarnya Yeonjun..".
Hyein merengut lagi, ia jadi males denger nama Yeonjun.
"Semua orang pasti udah bisa nebak kalau ini ulah Yeonjun karna dia patah hati gak terima diputusin. Iya kan..?".
"Aku gak tau, Hae. Aku udah minta pisah baik-baik. Jadi gak mungkin Yeonjun buang waktunya untuk ngusik aku, lagian dia udah ada cewek baru buat diperhatiin..".
"Pliss deh Hyein, Yeonjun itu posesif gila tau gak selama jadi pacar kamu. Jadi gak mungkin dia diem aja setelah diputusin gitu aja sama kamu..".
Hyein menghadap Haerin dengan wajah yang masih frustasi.
"Terus aku harus gimana..?".
Haerin memberi tatap prihatin. "Aku pengeeeeen banget bantu, tapi sayang aku gak punya power. Seandainya aja salah satu orang tua aku sekaya dan se-berkuasa Mamanya Yeonjun, pasti aku nemu jalan keluar..".
"Jadi aku harus ngerelain gitu aja properti club modelling rusak tanpa ada yang bertanggung jawab..?".
"Aku juga gak punya jawaban. Sisi lain aku juga khawatir..".
"Khawatir kenapa..?".
"Aku mau nanya deh..". Nada Haerin berubah sedikit serius.
"Kenapa nadanya agak nakutin..?".
"Waktu kamu mutusin Yeonjun, dia gak ngancem..?".
"Yeonjun dan ancamannya itu satu paket..".
"Nah itu yang aku khawatirin. Mungkin hari ini dia ngancurin properti club modelling yang kamu ikutin, kita gak tau hari-hari besok ulah apa lagi yang akan dia buat..".
"Hae jangan nakut-nakutin deh..".
"Aku cuma nyampein kemungkinan buruk biar kamu siaga..". Haerin mengedikkan bahu.
"Aku tambah pusing setelah kamu ngomong gini..".
"Maaf yaa, aku gak punya solusi. Salah kamu juga sih..".
Hyein mengerut kesal karena Haerin menyalahkannya tanpa sebab.
"Aku salah apa..? Kan dia yang selingkuh, kok aku yang salah..? Kamu sendiri kan yang ngasik tau aku nomer ruangan club dimana Yeonjun having sex sama Yunjin..".
"Maksud aku salah kamu karena buat seorang Choi Yeonjun sebucin itu sama kamu..".
"Hae, kamu lama-lama nyebelin tau gak. Aku jadi pengen tambah nangis..".
"Sebenarnya wajar aja sih dibucinin, tapi ini seorang Choi Yeonjun, yang semua orang tau gimana super rich dan powernya dia karena Mamanya. Kayaknya kamu gak semudah itu deh lepas dari Yeonjun. Diliat-liat Yeonjun itu udah cinta gila sama kamu..".
"Tau ahh.. kamu pergi aja deh. Aku tambah pusing..".
Haerin menggoyangkan ponselnya. "Aku emang mau pergi, nih ditungguin sama club belajarku..".
Hyein memberikan wajah cemberut yang terlihat seperti bocah.
"Telfon aku aja kalau butuh temen curhat..".
Setelah mengatakan itu Haerin hengkang dari hadapan Hyein.
Sepeninggal Haerin, kepala Hyein otomatis mengolah semua kejadian pasca putusnya dengan Yeonjun, beserta apa yang dikatakan Minji dan Haerin tadi.
Baru satu kejadian udah buat kepalanya pusing.
Kepalanya otomatis memproduksi prasangka-prasangka buruk yang akan terjadi ke depannya hingga membuatnya mual.
Hoek..
Suara nyaris muntahnya mengundang perhatian beberapa orang yang juga duduk tak jauh di taman belakang kampus.
"Hyein-ah..". Panggil seseorang.
Hyein mengenal suara ini, sangat mengenal. Suara yang dulu sangat disukai telinganya, kini menjadi suaranya yang sedikit menakutkan didengar telinganya.
Hyein menoleh dengan gerakan lambat.
Bener aja itu Yeonjun.
Datang dengan tangan yang masuk ke dalam saku celana. Mantan pacarnya itu mengenakan kemeja lengan panjang bergaris kecil berwarna biru, dengan tiga kancing terbuka di bagian atas.
Seperti biasa Yeonjun terlihat sangat menawan, meski kini Hyein benci melihat Yeonjun mengingat pengkhianatan yang dilakukan lelaki itu.
"Kamu mual tadi..?".
Hyein menangkap nada khawatir dari pertanyaan Yeonjun.
Ia yang gelisah kembali mengeluarkan suara seperti akan muntah.
Kenapa tiba-tiba perutnya mual?
Padahal sarapan yang diberikan Ibunya sangat sehat seperti biasanya.
"Bawain air..!". Perintah Yeonjun pada bodyguard yang selalu mengikutinya kemanapun.
Yeonjun berjongkok di depan Hyein. Orang-orang yang berada di taman itu tentu sudah memperhatikan mereka.
"Angel.. kamu mual-mual di pagi hari..".
"Cantik, aku ngenalin tanda-tanda ini karena adik perempuannya Papa yang waktu itu hamil sempet tinggal beberapa bulan di rumah..".
"Sweety, kamu inget kan waktu kita nge-sex terakhir kali aku gak pakek pengaman..?".
Hyein semakin mual mendengarnya. Tangannya ia arahkan pada tubuh Yeonjun agar tidak mendekat.
"Angel, kayaknya kamu hamil. Kamu mual karena mengandung anak kita, angel..".
Hyein menatap sekeliling pada orang-orang yang sudah mulai berasumsi mendengar ucapan Yeonjun.
Hyein benar-benar pusing. Yeonjun emang sangat ahli membuatnya sakit kepala.
Gimana ceritanya dia hamil sedangkan hari ini adalah hari pertama periode menstruasinya di bulan ini.
"Ayo ke dokter, kita periksain kandungan kamu, angel..".
"Angel, aku inget banget kalau waktu itu aku ngeluarin di dalem jadi aku yakin, sangat yakin kalau benih aku tumbuh..".
Hyein benar-benar muntah cairan bening ke kemeja Yeonjun sekarang. Tapi pemuda kaya raya itu bukannya kesal, malah menyajikan wajah gembira.
Hyein rasa bukan doktee kandungan yang dibutuhkan saat ini, tapi dokter jiwa karena dihadapannya kini ada orang gila.
To be continue
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK OF (Yeonjun X Hyein)
Ficção AdolescenteHyein tidak mengerti jika kata putus yang ia ucapkan berdampak buruk pada apa yang ada di sekitar