Seperti permintaan yang Yeonjun ajukan akhirnya Hyein terbaring di atas brangkar pemeriksaan ruangan khusus dokter yang menangani kandungan.
Sebenarnya antrian pasien hari ini panjang, tapi lagi-lagi kuasa nama dari Ibu Yeonjun memudahkan segalanya.
Dokter sudah selesai memeriksa, mempersilahkan Hyein turun dari brangkar sembari membantunya.
Dokter menghela nafas, menghirup, dihembuskan kembali.
"Dokter bagaimana..?". Itu suara Yeonjun yang terdengar antusias.
Seperti suara seorang suami yang sudah lama menantikan buah hati.
Sang dokter bukan merasa kasihan, melainkan takut.
Ingat! Yang dihadapinya kini bukan mahasiswa biasa yang menghamili kekasihnya di luar nikah, tetapi putera semata wayang dari Madam Choi yang begitu terkenal pengaruhnya.
Bahkan rumah sakit tempatnya bekerja pun sebagian mayoritas sahamnya atas nama Madam Choi, Ibu dari Yeonjun.
"Dokter, kau tidak mendengarku..?". Nada bicara Yeonjun mulai tidak sabar.
"Begini..". Membuang nafas, bagaimanapun hasil pemeriksaan harus disampaikan. "Nona Hyein sedang tidak mengandung..".
"Kamu denger kan..? Udah dibilang aku gak hamil..". Suara Hyein menyambar dengan kedua sudut bibir yang mengembang.
Bukannya ia tidak suka bayi, tapi ia masih berada di bangku universitas untuk mengandung seorang bayi. Lagipula ia tidak siap menghadapi kekecewaan kedua orang tuanya jika benar hamil di luar nikah.
"Dok, kau pasti salah. Coba periksa lagi..!". Raut wajah Yeonjun mulai tidak terima.
"Sudah saya lakukan pemeriksaan 5 kali secara berulang, tuan muda. Tapi has___" .
"Terus kenapa Hyein muntah-muntah, dok..? Di pagi hari.. catat__ di pagi hari..".
Sang dokter sedikit takut karena raut wajah Yeonjun serta intonasi suara yang mulai tidak ramah.
"Faktornya bisa dari stress tiba-tiba, dan kebetulan dibarengi menstruasi Nona Hyein di bulan ini..".
"MUSTAHIL, sialan..!".
Dokter dengan jepit rambut berbentuk bintang yang terapit rapi di dekat telinganya tersebut terjengat kaget mendengar Yeonjun yang marah.
Hyein menengahi, ia memegang pundak Yeonjun dengan tangan kanannya, yang langsung segera digenggam oleh empunya.
"Dokternya udah berpengalaman bertahun-tahun, jadi gak mungkin salah. Aku gak lagi hamil. Jadi, sekarang aku mau kamu nepatin janji kamu..".
"Kita ke rumah sakit lain, hasilnya gak bener..".
"Udah deh jangan mulai..!". Hyein memutar bola matanya.
Yeonjun mencoba mengendalikan dirinya yang merasa kecewa dengan hasil pemeriksaan.
"Okay, no probs. Kita masih punya banyak kesemptan buat punya Yeonjun junior. Yang pasti___".
"Iya banyak banget kesempatan, yang pasti bukan sama aku. Buat sama cewek kamu..".
"Gadisku ya kamu, angel..".
Dokter digiring keluar dari ruangannya sendiri oleh salah satu bodyguard Yeonjun karena kedua remaja yang pernah menjadi sepasang kekasih tersebut tengah mengarah pada pertengkaran.
"Enggak, aku udah bilang putus, berarti kita bukan apa-apa lagi. Udah deh sekarang tepatin janji kamu karena aku udah nurutin permintaan kamu hari ini..".
"Aku gak bisa buat Bayi kalau bukan sama kamu..".
"Alah bullshit. Waktu malam itu aja nikmatin banget pas sama Yunjin..".
"Aku udah bilang kalau waktu itu kesadaranku gak penuh..".
"Mau alasan apapun itu udah masuk cheating. Dan aku pantang balikan sama orang yang udah sia-siain kepercayaan aku..".
"Udah angel, kamu gak usah mikir biaa lepas dari aku. Di luar sana kamu gak akan nemuin yang kayak aku lagi..".
Hyein diam, malas menanggapi.
"Visual. Aku yang paling digilai..".
"Koneksi. Kayaknya kamu gak perlu raguin yang satu itu, aku bahkan bisa dengan mudah wujudin cita-cita kamu..".
"Kekayaan. Apalagi masalah harta. Kamu kalau jadi isteriku gak perlu capek mikirin masa depan. Cukup sambut aku, peluk, cium dan say love me every single day, hidup kamu akan makmur selamanya..".
"Gak ada versi tiruan aku di luaran sana, sayang. Jadi mau yaa balik sama aku..? Aku serius minta maaf karena malam itu udah khilaf..".
Yeonjun masih dengan harapannya untuk kembali bersama gadisnya.
Dan Hyein masih tangguh dengan keras kepalanya untuk menyisihkan lelaki yang sudah mengkhianatinya.
"Gak. Udah aku mau balik ke kampus. Jangan ganggu aku lagi, itu janji kamu karna hari ini aku ngikutin mau kamu..".
Kemudian Hyein melenggang melewati Yeonjun untuk keluar dari ruangan.
"Cantik..".
Langkah Hyein terhenti sebelum mencapai pintu ruangan.
"Kamu sanggup nanggung konsekuensi atas penolakan yang kamu lakuin sekarang..?".
Lagi-lagi ancaman.
Hyein menggigit bibir. Lalu memejamkan mata untuk meyakinkan diri bahwa Yeonjun tidak sejahat itu untuk berbuat hal di luar batas hanya karena ia menolak untuk kembali.
Lelaki itu tampan, kaya raya dan banyak digilai para gadis. Kekecewaan Yeonjun atas penolakannya saat ini hanyalah sementara.
Hyein yakin mantannya tersebut hanya menggertak karena merasa punya kuasa.
Dengan keyakinan itu, Hyein melangkah lebar untuk meninggalkan Yeonjun sendirian di ruangan.
Mengabaikan teriakan panggilan dari Yeonjun yang ditujukan padanya.
To be continue
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK OF (Yeonjun X Hyein)
Ficção AdolescenteHyein tidak mengerti jika kata putus yang ia ucapkan berdampak buruk pada apa yang ada di sekitar