Di depan rumah megah bercat putih, terlihat empat anak kecil sedang diarahkan sebelum berfoto. Mereka dijajarkan oleh seorang pria Nederland yang membawa kamera tuanya. Sedangkan keempat anak lugu itu hanya patuh ketika diarahkan.
"Baik. Saya umm.. akan mengambil itu.. gambar kalian" Ucapnya terbata dengan aksen begitu khas.
Dua anak laki-laki yang memiliki wajah serupa dan mengenakan pakaian adat jawa itu tersenyum lebar tanpa komando. Sedangkan gadis kecil berkucir dua disebelahnya terlihat bingung. Kemudian disisinya ada anak laki-laki berambut pirang tersenyum seadanya.
Jepret.
Beberapa jepretan diambil menggunakan kamera tua. Belum selesai mereka berfoto, tiba-tiba muncul perempuan berambut pirang dari arah belakang mereka. Perempuan yang mengenakan gaun mengembang itu terlihat menahan emosi. Hingga akhirnya..
"BATARI!!!"
Setelah mendengar sebuah teriakan kencang, Batari langsung membuka kedua matanya sempurna. Dengan kesadaran yang belum terkumpul semua, ia menatap seisi kelas linglung.
Sialan. Mimpi itu lagi.
Dosen bundar yang ada di depan kelas, kini berjalan menghampiri bangku Batari. Wajahnya merah padam ketika melihat ada mahasiswa yang tidur disaat jam pelajarannya berlangsung.
"Ya ampun Batari, pelajaran saya ngebosenin ya? Sampe kamu ketiduran gitu. Cik atuh euy" Protes Bu Tika.
Dengan wajah pucat dan sayu, Batari mendongak menatap dosennya perlahan. "Tidur? Saya ketiduran Bu?"
Mendapat pertanyaan begitu, Bu Tika semakin naik darah. "Ya iya atuh, kalau kamu merhatiin ke depan mah saya juga engga akan ke bangku kamu. Kumaha sih budak teh"
"Kayaknya Riri sakit Bu, tuh liat aja mukanya kayak ayam tiren gitu" Ujar salah satu mahasiswa bersuara.
Mendengar itu, wajah sangar Bu Tika berganti menjadi khawatir. "Bener Ri kamu sakit? Ke UKS aja atuh sana"
Batari mengangguk lemah mengiyakan usulan gurunya. "Kalau gitu saya ke UKS bentar Bu" Ujarnya meraih ransel sambil berdiri.
"Lama juga gapapa, dari pada kamu pingsan disini. Keenakan nanti cowok yang gendong kamu" Balas Bu Tika.
Batari hanya terkekeh pelan, ketika melihat beberapa teman laki-laki yang ditunjuk Bu Tika menampakkan senyum mesum mereka. Menggelikan.
"Bisa jalan sendiri kan?"
Dengan tersenyum lemah, Batari mengangguk. "Bisa, Bu"
"Yakin bisa? Awas ngagulutuk ya" Pesan terakhir Bu Tika.
Lagi-lagi Batari mengangguk dalam pergerakan lambannya. "Iya bisa, Bu"
"Semangat Ri!! Doaku selalu menyertaimu!!"
"Ayo dikit lagi Ri nyampe pintu! Hiya, hiya, hiya!! Dan akhirnya dia sampai juga diambang pintu pemirsa!"
"Kalau jatoh, bangun sendiri ya Ri! Jangan chat urang!!"
Batari hanya bisa tersenyum tipis ketika meninggalkan kelas dengan gerakan yang begitu pelan. Bukannya membantu, malah disoraki begitu. Semua teman sekelasnya memang membagongkan. Tak ada yang waras. Tapi Batari memaklumi hal itu, karena ia tahu tak ada satu mahasiswapun yang diperbolehkan untuk mengantar temannya ke UKS jika tidak kritis. Kenapa? Karena mereka akan berakhir di kantin, bukan kembali ke kelas.
Ngomong-ngomong soal kejadian barusan di kelas. Batari heran, sudah beberapa kali ia dihantui mimpi yang sama sekali tak dimengerti olehnya. Dan mimpi itu terasa sangat begitu nyata baginya. Sebenarnya pertanda apa ini?
YOU ARE READING
BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]
Historical FictionHantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah mengalami banyak kejadian diluar nalar. Pindah kediaman akan menjadi awal kisah antara gadis manis bernama Batari Nalendra Putri dan pemuda...