37. Hati Yang Tertaut

39 9 0
                                    

Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan pekarangan rumah megah. Tak lama kemudian keluarlah seseorang dari dalam mobil tersebut dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Bahkan ia juga sempat saling sapa dengan beberapa orang yang berlalu lalang.

Orang itu adalah Aryan. Setelah mengambil tentengan berisi beberapa macam makanan, ia melangkah menuju pintu utama kediaman De Vries. Disana kebetulan ada Iyam sedang beres-beres di teras depan.

"Eh, Den Aryan" Sapa Iyam begitu sopan seperti biasa.

Aryan tersenyum ramah membalasnya. "Batari dan Lia, ada Ceu?"

Iyam mengangguk sembari membungkuk. "Ada, Den. Silakan masuk, Iyam buatkan minum dulu"

Seiring dengan Iyam menuju dapur, muncul Fleur dari arah tangga. Gadis itu tersenyum lebar sambil melambai ke arah sang tamu. "O, Aryan!"

Aryan hanya tertawa kecil ketika melihat Fleur yang begitu semangat menghampirinya. "Hallo" Sapanya lalu memberikan bingkisan yang dibawa.

"Untuk Lia?" Tanya Fleur sambil menerima pemberian Aryan.

"Iya, ajak juga Wil untuk makan. Kamu tau? Ini khusus aku bawa dari Soerakarta untuk kalian" Bisik Aryan di akhir kalimatnya.

Sedangkan Fleur tertawa lepas mendengar itu. "Hahaha, kamu bisa saja. Kalau begitu saya ke dapur dulu"

"Lia"

"Hm?" Fleur berbalik ketika Aryan memanggilnya.

"Batari?"

Fleur menyipitkan matanya sambil menatap Aryan dan terkekeh pelan. "Tunggu saja, sebentar lagi juga dia pulang" Jawabnya lalu pergi.

Selepas Fleur ke dapur, tak lama kemudian Aryan melihat Anneke turun dari tangga. Tak berucap apapun, perempuan itu hanya melempar tatapan sinis pada Aryan sambil pergi keluar rumah. Setelah beberapa lama, orang yang ditunggu akhirnya datang juga.

Berpapasan dengan Anneke keluar rumah, di ambang pintu muncullah Batari dan Kartika yang menggendong William sedang tertidur. Kartika tersenyum ketika rumah suaminya kedatangan tamu istimewa.

"Ehh, ada tamu rupanya" Sapa Kartika yang melihat Aryan hanya berdiri saja.

Sedangkan Batari tak melakukan apapun. Dan entah kenapa ia mempererat genggamannya pada jinjingan yang ada di kedua tangannya. "Aryan.." Gumamnya pelan.

Kartika yang masih menggendong William berdeham pelan saat menyadari situasi sekarang ini. Kemudian ia menoleh pada Batari. "Kalau begitu Ibu mau ke kamar Wil dulu ya" Pamitnya pada Batari dan Aryan.

"Biar Batari aja, Bu" Sergah Batari cepat yang hendak menggensong William.

Kartika menggeleng seraya tersenyum pada Batari, sedangkan ujung matanya sesekali melirik pada Aryan. "Tidak usah, sepertinya ada yang sudah menunggu kamu. Atos ngantosan"

Mendengar itu, Aryan menjadi salah tingkah. Ia ikut berdeham pelan sambil menggaruk ujung alisnya canggung, lalu tersenyum kaku pada Batari dan Kartika. Tak lama kemudian Iyam muncul dari arah dapur.

"Punten, Den. Iyam harus memanaskan airnya dulu, Den Aryan tidak apa-apa menunggu?" Tanya Iyam.

Aryan tersenyum. "Tidak usah dibuatkan, Ceu. Soalnya aku mau mengajak Batari keluar" Ucapnya lalu beralih pada Kartika. "Boleh, Bu?"

Kartika tertawa melihat wajah kikuk Batari. "Pergilah, mumpung Wil masih tidur. Jadi kamu bebas untuk istirahat. Ah iya, belanjaannya berikan pada Iyam saja" Lanjutnya.

"Sini, Neng. Biar Iyam yang simpan" Dengan sigap Iyam segera mengambil alih belanjaan dan undur diri.

"Aryan, jaga Batari selama kalian diluar ya" Pesan Iyam pada Aryan.

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now