Brakk.
Batari membuka pintu rumah Hansen sedikit kasar. Tanpa banyak bicara, ia mulai menghampiri sumber suara keributan hingga sampai akhirnya menginjak lantai atas. Dengan nafas sedikit tersenggal akibat berlari, kedua mata Batari mengedar ke seluruh sudut ruangan.
"DIA INLANDER!!"
Batari langsung menuju pintu balkon saat mendengar suara teriakan menggelegar. Ketika berusaha membuka pintu ternyata sedikit sulit, entah itu karena macet atau dikunci. Tapi Batari tidak menyerah. Sekuat tenaga, ia terus mendorong pintu hingga akhirnya..
Cklek.
"Kebuka" Gumamnya.
Perlahan Batari membuka kedua sisi daun pintu kayu tersebut hingga terbuka lebar. Tubuhnya langsung membeku ketika pandangannya beradu dengan tiga pasang mata yang balik menatapnya dalam diam.
Sungguh, rasanya Batari ingin berlari saat itu juga. Tapi entah kenapa kedua kakinya malah terasa dipaku ke bumi. Sama sekali tak dapat digerakkan. Bahkan bulir keringat mulai menetes dari dahinya. Matanya bergulir resah, berusaha mencerna situasi yang terjadi saat ini.
"Batari"
Suara itu. Batari sudah cukup lama tak mendengar suara itu beberapa hari ke belakang. Kalau boleh jujur, ia merindukan si pemilik dari suara itu. Sangat. Namun kini maniknya tertuju pada sosok berkebaya yang selalu berada di kamarnya. Sedangkan disisi lain, ia sama sekali tak berani menatap sosok wanita bergaun merah.
"Sari.." Lirih Batari sambil menatap sosok yang berada tak jauh dari pemuda yang baru menyebut lirih namanya.
Ya, sosok berkebaya itu adalah Sari.
Tanpa ada jeda dan tanpa disangka, wanita bermanik hitam penuh yang mengenakan gaun merah tersebut tiba-tiba menghampiri Batari dengan kecepatan tidak wajar. Sosok itu menyeret Batari hingga sampai di ujung balkon dan langsung menjatuhkan dirinya bersamaan dengan Batari.
Sungguh. Bagai mode lamban, Batari hanya bisa membuka lebar kedua mata dan mulutnya bersamaan. Ia tak bisa berbuat apapun ketika sosok bergaun merah yang masih mencekiknya dari belakang tertawa penuh kemenangan. Namun tunggu dulu, tentu saja Sari tak akan membiarkannya begitu saja.
Sosok berkebaya itu ikut terjun dan menyambar tubuh wanita si gaun merah melesat terpisah dari Batari entah kemana. Hal tersebut membuat Batari terjun bebas tanpa penyangga apapun. Mati. Hanya itulah yang ada di kepala Batari saat ini. Ia harus pasrah merelakan hidupnya berakhir di tangan sosok makhluk halus.
"Hansen.." Lirihnya sembari meneteskan air mata.
Sedetik setelah Batari menggumamkan nama tersebut, sepasang tangan kokoh nan dingin mendekap tubuhnya dari belakang. Membiarkan badan tegapnya menjadi tameng sebelum pada akhirnya mereka berdua jatuh dan terbentur begitu keras di pekarangan kediaman De Vries.
Brak.
Dan semuanya menjadi gelap..
*****
YOU ARE READING
BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]
Historical FictionHantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah mengalami banyak kejadian diluar nalar. Pindah kediaman akan menjadi awal kisah antara gadis manis bernama Batari Nalendra Putri dan pemuda...