27. Pangeran Kembar

39 12 2
                                    

Plak.

Suasana di sebuah ruangan terasa sunyi dan hening setelah suara tamparan terdengar begitu nyaring menggema. Begitupun dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka terdiam seakan berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

Fleur yang baru saja mendapat tamparan tepat di pipi kanannya hanya terdiam mengatur nafas. Kulitnya yang putih kini meninggalkan bekas berwarna merah samar. Baru kali ini Fleur mendapat perlakuan tidak enak. Bahkan kedua orangtuanya saja sangat menjaga. Kedua matanya mulai dipenuhi air menggenang. Hal itu membuat Batari semakin meradang.

"Heh!" Batari mendorong bahu kiri Anneke yang sama terkejutnya karena ia tak sengaja akan menampar sang adik tiri.

Anneke tak bermaksud menampar Fleur. Ia yang kepalang kesal dan malu berusaha menumpahkannya pada Batari. Gadis berambut pirang itu mengangkat tangan kanannya tinggi, bersiap untuk menampar sungguhan kali ini. Namun ketika dengan lantangnya tangan itu mengayun, Batari langsung sigap mencekalnya.

Tap.

"Wow" Saking terkesimanya, lagi-lagi Wessel hanya bisa berekspersi begitu.

"Lepas!" Geram Anneke.

Dengan kasar, Batari menghempaskan lengan gadis tersebut. "Sekali lagi kamu kasar sama Nona Fleur, awas aja!" Ancamnya.

Membulatlah kedua mata Anneke ketika dirinya ditantang begitu. "Durf jij je werkgever uit te dagen?!"

"Ck, ngomong apaan sih? Engga ngerti tau!" Balas Batari sewot.

Astaga. Dari dulu kekesalan Anneke memang tak penah surut jika menyangkut soal babu yang satu ini. Hingga akhirnya dia kembali menjambak rambut Batari. Apa gadis manis itu diam saja? Tentu tidak. Dia balas menjambak rambut Anneke sangar, membuat Fleur harus berusaha melerainya kembali. Akhirnya mereka bertiga saling jambak. Lagi.

Melihat hal buruk kembali terjadi, tiga pemuda yang baru muncul didekat Wessel segera mengambil tindakan. Mereka masuk ke dalam kamar dan langsung memisahkan pertengkaran sengit itu.

Hansen. pemuda itu menarik adiknya mundur. Sedangkan dua pemuda lainnya yang memiliki paras serupa, masing-masing menarik Anneke dan Batari. pemuda yang menahan Anneke dari belakang sedikit kelabakan karena gadis itu tidak bisa diam.

"Hei, hei, hei. Berhenti, Ann!"

Raden Mas Arsen Witjaksono. Pemuda yang mengenakan ageman jawa serba putih dilengkapi blangkon itu dibuat pusing karena Anneke tidak mau diam. Dug. Bahkan dagunya sempat terkantuk sikut Anneke cukup kencang, membuatnya meringis karena ngilu. Sial. Lumayan sakit juga rupanya.

"Batari, tenanglah"

Raden Mas Aryan Witjaksono. Sedangkan pemuda yang memiliki tahi lalat setitik dibawah mata kirinya ini berdeham pelan ketika belakang kepala Batari menyentuh dada bidangnya yang juga terbalut ageman rapi. Aryan salah tingkah. Sedikit. Dengan segera ia mulai melonggarkan pegangannya pada lengan Batari saat gadis itu mulai tenang.

"Lepas!" Sentak Anneke pada Arsen.

Arsen langsung melepas kedua tangan Anneke dan mengangkat kedua lengannya sendiri ke atas. "Tentu. Werkgever" Sindirnya dengan menyebut majikan.

Batari yang sudah terbebas dari kukungan Aryan langsung menunjuk Anneke geram. "Hansen, dia kasar sama adik kamu tuh!"

Mendapat aduan begitu, kedua pipi Anneke merah padam karena merasa dipermalukan. "Inlander!" Umpatnya sambil berlalu pergi.

Kini situasi mulai kembali kondusif, Wessel yang masih diambang pintu mengangkat sebelah bahunya ketika tontonan sudah usai. Dengan santainya, pria berkumis tipis itu ikut berlalu juga sambil mengelus anjing kesayangannya.

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now