31. Tamu Istimewa Si Kembar

43 10 9
                                    

Tuk. Tuk.

Batari tersadar dari lamunan ketika ada yang mengetuk bahunya beberapa kali. Ia menoleh dan mendapatkan Hansen berdiri sambil tersenyum tipis padanya. Bingunglah Batari dibuatnya. Semenjak ia menerima permintaan maaf Hansen, entah kenapa pemuda itu jadi bersikap lebih santai dan ramah.

"Ada apa?" Batari langsung bangkit dari posisi duduknya di lantai.

"Aryan mengundang kita ke rumahnya"

"Aryan?" Gumam Batari. "Terus Wil gimana? Aku kan harus jagain dia" Sambungnya sambil melirik William yang sedang anteng bermain.

"Ada saya!" Tiba-tiba Fleur muncul dengan senyum lebarnya. "Saya akan ajak Wil ke rumah Mama, jadi.. ekhm!" Dehamnya menggantungnkan ucapan sambil menyenggol bahu sang kakak.

Batari mengerutkan dahinya tak mengerti. "Jadi..?"

Sedangkan Hansen terlihat kikuk sambil mengusap tengkuknya. "Bersiaplah, kita antar dulu Fleur dan Wil"

Fleur hanya cekikikan tak jelas melihat Hansen salah tingkah sambil berlalu dengan wajah yang bersemu merah. "Batari, kamu harus tentukan pilihan yaa"

"Pilihan?" Kepala Batari semakin berkabut tak karuan. "Maksudnya?"

Fleur memainkan ujung rambut pirangnya yang bergelombang. Ia tersenyum sambil menggedikkan sebelah bahunya. "Saya tidak masalah kamu dengan siapapun. Tapi.. saya lebih senang kalau kamu tetap disini. Apalagi jadi bagian keluarga De Vries"

Setelah mengatakan itu, Fleur bergabung bersama Wil dan Iyam yang sedang bermain di lantai. Sementara Batari sepertinya semakin kusut tak mengerti. Jadi bagian keluarga De Vries? Tetap jadi babu selamanya, begitu?

*****

Sebuah mobil jeep berhenti di depan pekarangan rumah yang pemiliknya sudah menunggu sambil tersenyum menyambut kedatangannya. Iya, di rumah Kartika. Karena sebelum memenuhi undangan Aryan, Hansen harus mengantar Fleur dan William ke rumah ibunya terlebih dahulu.

"Mamaaa!!" Seru William sambil berlari lalu memeluk kedua kaki ibunya.

"Ma, ada yang mau berkencan" Kekeh Fleur sambil memeluk ibunya dari samping.

"Tidak. Kami tidak berkencan" Sahut Hansen cepat. Wajahnya semakin bersemu disudutkan begitu.

Sedangkan Batari hanya terdiam ditempatnya berdiri. Pikirannya menerawang entah kemana saat melihat tiga orang itu sedang menebar tawa dan aura bahagia. Jika begini, Batari berharap kalau sosok di masa depan yang ditemuinya bukanlah hantu.

"Sebenernya apa yang bikin kalian belum tenang?" Gumam Batari lirih.

"Neng Batari" Panggil Kartika.

"Eh, iya?" Batari langsung tersadar dari lamunannya dan menghampiri Kartika.

"Hati-hati di jalan ya. Kalau Hansen ngebut, marahi saja" Kekeh Kartika.

Batari tersenyum melihat paras anggun Kartika. Jika diperhatikan lagi rupanya Fleur menuruni kemiripan dari ibunya ini. Sedangkan Hansen menuruni kemiripan dari ayahnya. Sama sekali tidak terlihat ada darah pribumi. Nah, kalau William dari dua-duanya ada.

Batari mengangguk sembari tersenyum lalu memandangi Kartika. "Umm.."

"Ada apa?" Tanya Kartika yang mengerti Batari hendak menyampaikan sesuatu.

"Kalau ada apa-apa, Batari boleh kesini? Ke rumah Ibu?" Tanya Batari sedikit canggung.

Bukan tanpa alasan Batari berucap begitu. Ia tiba-tiba teringat dengan mimpi dimana Wessel menyeretnya ketika pria itu sedang mabuk, jadi dirinya sedikit takut kalau hal-hal yang tidak diinginkan sampai terjadi. Untuk wanti-wanti, Batari butuh perlindungan. Mencuri roti saja bukan sekedar mimpi, itu artinya tidak menutup kemungkinan mimpi yang lain juga akan terjadi bukan?

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now