Ternyata skuat utama basket kampusnya menggunakan kedua lapangan untuk latihan mereka. Karena latihan untuk tim laki-laki dan tim perempuan dilakukan secara terpisah.
Ketika Raisa mengetahuinya, dia merasa sangat senang. Namun, dia tidak sadar kalau raut wajah senangnya sempat dilihat oleh Marka. Hal itu hanya mampu membuat Marka merasa tidak habis pikir.
Sampe seseneng itu pas tahu kalau kita latihannya di lapangan berbeda? "Aish ...," keluh Marka tanpa sadar.
"Lo kenapa, Mar?" tanya Ikbal.
"Eh? Nggak. Gak pa-pa, gue," balas Marka.
Marka kembali melihat ke tempat Raisa berdiri dan secara kebetulan Raisa juga sedang melihat dirinya. Namun, bukan senyum seperti biasa yang diperlihatkan Marka, melainkan raut wajah sebal. Berbeda dengan Raisa yang tampak memberi senyum.
Benar-benar sesuatu yang langka.
Barisan anggota skuat utama laki-laki langsung berpindah ke lapangan lain dan memulai latihan. Begitu juga dengan barisan anggota skuat utama perempuan. Namun, Raisa kembali merasa gugup karena pada hari ini, gadis itu hanyalah mahasiswi yang kebetulan diminta untuk ikut latihan bersama.
"Karena sepertinya kita kedatangan teman latihan baru, maka saya akan mulai dengan perkenalan. Nama saya Anwar . Biasa dipanggil Mas Anwar. Sudah terhitung tiga tahun saya menjadi pelatih untuk skuat utama perempuan di Universitas Karisma Jaya," ucap seorang pria tinggi, berkulit cokelat, dan bergaya rambut sedikit panjang di bawah telinga.
Raisa langsung melihat ke tempat Mas Anwar ketika pria itu mulai bicara. Gadis itu sadar kalau maksud ucapan pria itu karena melihat kehadiran Raisa dan beberapa mahasiswi lain yang pada hari ini ikut bergabung dalam latihan bersama skuat utama.
"—kita langsung mulai latihannya. Kalian bisa melanjutkan perkenalan pada waktu istirahat nanti," ucap Mas Anwar.
"Siap, Mas."
Raisa langsung mengikuti langkah beberapa anggota perempuan yang sekarang sudah membentuk barisan baru. Raisa menoleh ketika melihat uluran tangan dari salah satu anggota yang berdiri di sebelahnya.
"Hai. Kenalin, gue Alya," ucap perempuan itu.
"Gue Raisa. Salam kenal," balas Raisa sambil menjabat tangan Alya.
"Gue juga sebenarnya kayak elo, sih, pas pertama kali join latihan ini," katanya, "tapi jangan gugup. Bakalan ngalir aja dan nggak berasa—tiba-tiba udah kelar latihan dan lagi pendinginan."
Raisa hanya bisa mengangguk sambil tersenyum kecil. Setelah itu dia kembali mengalihkan pandangannya. Lagi dan lagi, dia harus saling beradu pandangan Marka yang sekarang sedang melakukan Quad Stretch (menarik ujung kaki sampai terangkat dari belakang).
Dia ngapain, sih, ngeliatin gue mulu? Memangnya nggak bisa, gitu, fokus sama latihannya sendiri? Raisa bertanya dalam hati dan memutuskan untuk kembali melihat Mas Anwar yang sudah bersiap memberi arahan pada latihan hari ini.
^^^
Setelah hampir empat puluh lima menit ditambah lima menit waktu istirahat, skuat utama perempuan akan menyudahi latihan mereka. Berbeda dengan skuat laki-laki yang masih berlari ke sana ke mari di lapangan tempat mereka berlatih. Suara dribel bola basket masih terdengar memenuhi lapangan itu.
"Anggota cowoknya memang latihan lebih lama, ya?" tanya Raisa.
Alya yang pada saat ini juga masih mengisi tempat di sebelah Raisa terlihat mengangguk. "Iya. Soalnya mereka juga lagi persiapan buat pertandingan," katanya.
Raisa terlihat mengerutkan kening. Gadis itu pun bertanya lagi. "Pertandingan? Pertandingan apa? Kayaknya gue belom denger, deh," tanyanya.
"Pertandingan persahabatan, sih," jawab Raisa, "kayak yang sempet beberapa waktu lalu dilaksanain. Lo tahu, 'kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Raisa untuk Cinta
ChickLitDari Raisa untuk Cinta Cinta, apakah aku pernah merasakah kehadiranmu? Aku hampir lupa bagaimana wujud dan perasaan saat kamu ada. Jika cinta tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaanku. Kuharap nantinya akan hadir seseorang di hidupku yang bisa me...