Marka sebenarnya bingung. Saat laki-laki itu memutuskan untuk keluar karena pertandingan yang ingin dia tonton sudah berakhir, kedua temannya justru mengikuti laki-laki itu.
"Kalian berdua ngapain, sih? Kan masih ada pertandingan basket cewek—kok ikut-ikutan gue keluar, hah?" tanya Marka dengan raut wajah kesal.
"Tiba-tiba kita jadi nggak mood buat nonton, Mar," ucap Vino.
"Sama. Kita ikut sama lo aja, deh," sambung Rehan, "memangnya setelah ini lo mau ke mana lagi?"
Marka mengusap wajahnya pelan. Kalau gue bilang mau nemuin Raisa. Mereka pasti ikutan juga. Ah, elah ... males banget, gue, batin laki-laki itu.
"Oy! Ditanyain malah diem," kata Vino.
"Berisik lo," balas Marka, "lagian, gue mau ke mana juga bukan urusan kalian."
"Ya memang, sih ...," ucap Rehan.
"Ya udah. Sana-sana. Cari kegiatan sendiri—bye!" balas Marka seraya berjalan menuju halaman depan stadion.
Namun, bukan Vino dan Rehan namanya kalau langsung mengalah. Kedua laki-laki itu secara sembunyi-sembunyi mengikuti Marka. Mereka berusaha menjaga jarak agar ketika Marka menoleh untuk memeriksa kalau keduanya sudah benar-benar pergi, dia tidak akan menemukan mereka.
Marka menghampiri seorang perempuan yang sedang duduk di kursi panjang yang ada di depan pintu utama stadion. Kedatangan laki-laki itu berhasil menyadarkan perempuan yang sebelumnya sedang memainkan ponsel.
"Hai, gue Marka," kata Marka sembari mengulurkan tangan.
Gadis itu terlihat bingung, tapi selang beberapa detik dia tersenyum. "A-ah, iya-iya. Gue Kayla," balasnya seraya menjabat tangan Marka.
"Lo temennya Raisa. Bener, 'kan?" kata Marka setelah mereka selesai berjabat tangan.
"Iya. Bener," jawab Kayla, "a-ah ... gue ngerti. Lo nyamperin gue karena mau nanyain soal Rai? Dia masih eval di dalem."
"Tahu, kok," jawab Marka, membuat Kayla bingung.
Namun, selang beberapa detik, Kayla justru menepuk dahinya. "Gue lupa kalau lo juga pemain basket. Pasti udah tahu agenda setelah pertandingan itu ngapain aja," kata gadis itu.
"Hehehe. Iya," jawab Marka seraya duduk di kursi yang sama dengan Kayla.
"Lo mau nemuin Raisa juga?" tanya Kayla.
Marka pun mengangguk. "Masa udah nontonin dia tanding, tapi nggak ngucapin selamat buat kemenangan dia hari ini. Kayak ada yang kurang aja, gitu," jawabnya.
Kayla hanya tersenyum geli. Dia bisa melihat dengan jelas kalau laki-laki yang saat ini duduk di sebelahnya memang menaruh rasa kepada temannya.
Semoga aja yang ini bisa nyangkut di hati lo, ya Rai, batin Kayla.
^^^
Raisa sekarang sudah berganti pakaian dengan rambut yang dibiarkan terurai karena masih setengah kering. Gadis itu tidak lagi memakai jersey saat bertanding tadi, tapi atasan kaus lengan panjang dengan celana denim.
Gadis itu sedang berjalan ke tempat Kayla. Temannya sempat mengirim pesan kalau dia sedang duduk di kursi panjang yang ada di depan pintu utama stadion. Namun, saat gadis itu sudah hampir sampai di tempat yang Kayla maksud, Raisa justru melihat sesuatu yang berhasil membuat langkahnya terhenti.
Raisa melihat dua orang laki-laki yang sepertinya sedang bersembunyi di balik papan informasi di dekat pintu utama stadion. Hal itu membuat Raisa penasaran sambil melihat ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Raisa untuk Cinta
ChickLitDari Raisa untuk Cinta Cinta, apakah aku pernah merasakah kehadiranmu? Aku hampir lupa bagaimana wujud dan perasaan saat kamu ada. Jika cinta tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaanku. Kuharap nantinya akan hadir seseorang di hidupku yang bisa me...