Raisa terbangun dari tidurnya setelah alarm yang dia pasang di ponselnya baru saja berbunyi. Setelah mematikan alarm itu, Raisa beranjak dari kasur dan berjalan ke kamar mandi.
Tidak ada mata kuliah yang berlangsung pada pukul lima pagi. Namun, dirinya sebisa mungkin menggunakan waktu yang dia miliki untuk menghindari orang-orang di rumah kecuali sang ibu.
Setelah selesai melaksanakan salat Subuh, Raisa berencana untuk lari pagi di taman di dekat kompleks perumahannya. Hari ini kelas pertamanya baru dimulai pukul sembilan pagi. Dia masih memiliki banyak waktu.
Sekarang Raisa sudah mengenakan kaus dan celana olahraga selutut. Dia juga membawa tas kecil untuk menaruh ponsel dan dompet jika nanti ada yang ingin gadis itu beli.
"Kayaknya belom pada bangun. Lebih baik gue berangkat sekarang," katanya.
Namun, baru beberapa langkah sebelum mencapai pintu depan, gadis itu tiba-tiba berhenti karena mendengar suara pintu yang terbuka.
"Mau ke mana, lo?"
Raisa memutar tubuhnya saat mendengar pertanyaan yang diajukan seseorang di belakangnya. Gadis itu melihat sosok laki-laki yang sedikit lebih tinggi daripada dia sedang melihat Raisa dengan wajah dingin.
Dia adalah Arya, seseorang yang di dalam kartu keluarga berstatus sebagai anak laki-laki petama sekaligus kakak Raisa.
"Lari pagi," jawab Raisa.
Sebenarnya gadis itu bisa saja mengabaikan pertanyaan Arya dan pergi. Namun, dia hanya tidak ingin menimbulkan masalah pada pagi hari yang baru dia lewati tidak lebih dari satu jam.
"Kalau gitu, gue nitip ketoprak. Lo lari paginya ke taman biasa, 'kan?"
Raisa mengangguk, kemudian gadis itu bertanya, "Uangnya?"
"Pake uang lo dululah," balas Arya.
Harusnya gue udah tahu. Tanpa berlama-lama lagi, gadis itu kembali berjalan menuju pintu depan setelah melihat Arya dengan wajah kesal. Raisa pikir dia berhasil menghindari orang-orang di rumah jika pergi pagi-pagi sekali. Namun, memang situasi lebih sering tidak berpihak kepada Raisa.
^^^
Tidak banyak orang di taman tersebut. Saat Raisa sudah mulai berlari, gadis itu hanya bertemu dua laki-laki yang sedang berlari bersama, serta seorang pria paruh baya yang sedang melakukan pemanasan ringan.
Namun, ketika matahari sudah sepenuhnya memancarkan sinar, Raisa melihat lebih banyak orang yang datang. Gadis itu juga sudah berhenti berlari karena dia harus mencari gerobak ketoprak yang biasa berjualan di taman itu.
"Gue berdoa biar abangnya nggak jualan hari ini, boleh nggak, sih??" tanyanya, "daripada gue harus mewujudkan ide buruk buat mesenin ketoprak level lima biar si Arya tahu rasa."
Raisa tampak senang sekaligus lega. Sepertinya situasi baik juga bisa berpihak kepadanya. Setelah memutari taman dan tidak berhasil menemukan gerobak ketoprak itu, Raisa memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang kosong untuk beristirahat.
"Gue balik ke rumahnya agak nanti, deh. Semoga aja abangnya beneran nggak jualan," ucap Raisa sambil meluruskan kedua kakinya.
Sesekali gadis itu membungkuk dengan kedua tangan yang berusaha menyentuh ujung kakinya. Gerakan itu dia ulangi beberapa kali sampai merasa sudah cukup. Raisa kemudian duduk dengan santai sambil melihat pemandangan di depannya.
Raisa tidak sengaja melihat sebuah keluarga kecil yang sedang berlari di taman itu. Dia fokus dengan anak perempuan yang sedang digandeng oleh sang ayah. Terlihat jelas kebahagiaan di wajah anak itu ketika sang ayah menggoyang-goyangkan tangan dan dibalas hal yang sama oleh anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Raisa untuk Cinta
Chick-LitDari Raisa untuk Cinta Cinta, apakah aku pernah merasakah kehadiranmu? Aku hampir lupa bagaimana wujud dan perasaan saat kamu ada. Jika cinta tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaanku. Kuharap nantinya akan hadir seseorang di hidupku yang bisa me...