CINTA 6: Dari Lapangan ke Kursi Penonton

17 2 0
                                    

Marka sedang melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Saat dia tidak sengaja melihat ke tribune, laki-laki itu justru menemukan keberadaan Raisa. Senyumnya lalu muncul saat mereka berdua saling melihat satu sama lain.

Marka kemudian melambaikan tangannya ke tempat Raisa. Sayangnya, hal itu tidak direspons baik oleh Raisa. Marka menyadari kalau gadis itu sepertinya tidak mau membalas lambaian tangannya seakan-akan mereka saling mengenal.

Oh, gitu ... oke. Gue bakal bikin lo terpesona sama permainan gue hari ini. Liat aja, batin Marka dengan senyum percaya dirinya.

"Mar. Ayo. Udah mau mulai," panggil salah satu rekannya.

"E-eh, iya," balas Marka seraya berjalan menghampiri rekan-rekan satu timnya yang lain.

Pelatih mereka, Mas Radit memberi arahan kepada anak didiknya. Pertandingan persahabatan pada hari ini juga tidak boleh terlalu dianggap remeh karena tujuan utama mereka untuk meningkatkan permainan sekaligus menambah pengalaman.

"Saya harap kalian tetap menjaga diri dan tidak terlalu memaksakan permainan individu kalian. Ini permainan tim. Ingat itu," jelas Mas Radit.

Lengan Marka tiba-tiba disenggol salah satu rekannya. "Tuh, Mar. Dengerin."

Marka hanya tertawa pelan. "Ya. Gue nggak bakal berlebihan buat nonjolin diri gue," balasnya, justru membuat rekannya memutar bola mata malas.

Pertandingan persahabatan sudah hampir dimulai. Starting five pemain sudah dipanggil untuk memasuki lapangan. Namun, satu nama terakhir yang dipanggil dalam tim Universitas Karisma Jaya membuat Raisa tersadar kalau sosok laki-laki yang dilihat di sana adalah Marka.

"Rai, cowok yang tadi ngelambaiin tangan ke elo. Lo kenal?" tanya Kayla.

Raisa sudah yakin kalau cepat atau lambat Kayla akan bertanya tentang Makra. Gadis itu juga tidak ingin menyembunyikan dan berujung membuat temannya berpikir yang macam-macam.

"Ya. Dia anggota basket juga, 'kan? Wajar kalau gue kenal," jawab Raisa.

"Bener juga, sih, tapi lo nggak bales lambaian tangan dia. Kenapa?" tanya Kayla dengan raut wajah penasaran.

"Karena gue nggak ngerasa deket. Dia aja yang sok akrab sama gue," balasnya.

Kayla tersenyum geli. "Lo bisa pede juga, ya?" ledeknya, sedangkan Raisa tidak terlihat peduli karena pertandingan sudah dimulai. Gadis itu hanya ingin fokus dengan tujuannya datang ke tempat itu.

^^^

Pertandingan persahabatan itu berlangsung cukup serius. Marka yang mendapat peran untuk menempati posisi 2 atau shooting guard. Kemampuan laki-laki itu sebagai seorang shooter memang cukup baik. Sebagai mahasiswa baru, Marka memiliki catatan yang lebih baik daripada rekan-rekannya yang lain.

Pergerakan laki-laki itu juga sangat efisien. Pada saat dia melihat rekannya yang sedang memegang bola harus mencari rekan untuk dioper, Makra tidak berdiam terlalu lama dan segera mencari posisi. Hal itu dilakukan agar ketika dia mendapatkan operan bola, dia sudah siap untuk menembak.

"Nice, Mar!" seru Rehan.

"Good pass juga, Han," balas Marka sambil mengacungkan ibu jarinya.

Mereka melakukan transisi defense dengan cepat karena salah satu anggota tim lawan baru saja memberikan operan jauh. Namun, hal itu berhasil dicegah oleh anggota dari tim Marka yang berhasil membaca arah bola dengan tidak kalah cepat.

Setelah berhasil mengamankan bola, anggota bernama Vino langsung melihat Marka yang mengangkat tangan sebagai tanda kalau dia sudah siap dengan posisinya. Vino mengangguk dan langsung memberi operan di atas kepala yang bisa diterima oleh Marka.

Dari Raisa untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang