Sesosok gadis berambut panjang dengan warna kecokelatan, berdiri di tepi jembatan gantung sebuah taman. Sore itu ia mengenakan jaket putih dengan tudung yang digunakan untuk menutupi sebagian wajahnya. Ia juga memakai masker agar orang-orang tidak mengenalinya. Karena saat ini tidak ada satu pun tempat yang bisa memberinya ketenangan.
Bahkan di rumahnya sendiri, kondisinya jauh lebih kacau. Suara wartwan yang saling bersahutan. Memberondongnya dengan berbagai pertanyaan. Juga tuduhan-tuduhan tak berdasar yang ditujukan pada dirinya.
Padahal Papanya yang berkasus, tapi kenapa dirinya juga kena?Seperti biasa, setiap kali Ginny diterpa masalah, ia akan menumpahkan amarahnya melalui story what's app. Yang sengaja di privat untuk semua kontaknya.
"Emang nggak ada gunanya, sih. Pasang status tapi gue hiden dari semua kontak. Cuma jadi ngerasa sedikit lega aja, ."
Ginny menatap aliran air yang cukup deras di bawah jembatan. "Karena gue nggak punya temen yang bisa gue curhatin. Mau curhat di sosmed pun juga nggak mungkin."
Air yang mengalir di bawahnya terlihat menyegarkan. Pasti akan sangat melegakan jika ia melompat terjun ke sana. Akal sehat gadis itu mungkin sedang menguap entah ke mana. Kaki kananya perlahan naik. Berpijak pada pembatas antara trotoar dan bagian jembatan.
Hanya berjarak beberapa ratus meter dari sana, Pijar mengemudikan motornya dengan sangat kencang. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya kalut. Ia takut terlambat. Firasatnya mengatakan jika Ginny berada dalam bahaya.
"Woi, Mbak! Yang bener dong nyetirnya!"
Pijar nyaris menyerempet pengendara motor lain yang sedang menepi sambil bermain ponsel.
"Gue udah diem di sini, malah mau ditabrak!" sembur lelaki itu. Matanya melotot memarahi Pijar yang hanya bisa menunduk berulang kali sembari meminta maaf.
Taman Kemenangan.
Pijar baru kali pertama ke tempat itu. Anehnya meski tidak memakai maps, ia bisa sampai tanpa nyasar. Entah mendapat bantuan darimana. Tapi sepanjang perjalanan seperti ada yang menuntunnya."Ginny tadi update status di dekat jembatan. Ya Tuhan... dia baik-baik aja, kan?"
Karena terlalu panik Pijar sampai lupa melepas helm. Pengunjung lain memperhatikan gadis yang tampak aneh itu. Namun setiap kali PIjar membalas tatapan orang-orang di sekitarnya, mereka langsung mundur teratur.
makanya jangan macam-macam sama Pijar, pacarnya Heksa!"TOLONG! TOLONG! ADA PEREMPUAN JATUH DI DEKAT JEMBATAN!"
Deg!
Suara teriakan minta tolong dari sisi kananya, membuat PIjar semakin panik. Ketakutan besar menyergap dadanya.
Nggak, itu pasti bukan Ginny. Nggak. Ginny nggak akan melakukan hal bodoh.
Sembari mempercepat langkahnya, Pijar merapal doa. Bersama beberapa pengunjung ia berlari menuju jembatan yang letaknya agak jauh dari pintu masuk taman.
"Panggil ambulance! Cepat!"
Semakin dekat dengan taman, situasi semakin kacau. Orang-orang berlari ke sana ke mari. Bergantian memanggil pihak kemanan atau pengurus taman yang berada di dekat lokasi kejadian.
"Itu perempuannya sudah dibawa naik!"
Pijar mencoba menerobos kerumunan orang-orang di depannya. Pandangannya terbatas. Ia hanya mampu melihat sekelebatan tangan putih milik korban saat digendong para penyelamat.
"Ya Tuhan.." Pijar menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba berjinjit.
Di saat itulah ia teringat dengan kejadian bulan lalu. Di saat Heksa berusaha mati-matian menyelamatkan Ginny.
![](https://img.wattpad.com/cover/225466645-288-k117338.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)
FantasyYANG SERI 1, BACA DI WATTPAD BELIA WRITING MARATHON UP SETIAP SENIN DAN KAMIS Masih ada cerita yang belum terselesaikan. Masih ada misi yang harus dilanjutkan. Dengan atau tanpa bantuan, aku akan berusaha menjaga lilin-lilin itu agar tetap bepijar. ...