"Gue turun sini aja."
Setelah berbelok dari perempatan lampu lalu lintas, Heksa menepikan mobilnya sesuai dengan komando dari Ginny. "Lo mau ngegembel, Gin? Tidur di jalan?"
Ginny mengerucutkan bibirnya. "Gila aja lo. Selebgram hitz kayak gue, mana mungkin ngegembel? Tuh liat di depan. Ada apartemen mewah. Itu apartemen gue."
"Lo sendirian? Mau gue temenin?" tawar Pijar dengan wajah ramah.
"Nggak usah aneh-aneh. Ginny nggak butuh orang buat bersih-bersih rumah," sembur Heksa yang mulai posesif karena Pijar terlalu fokus pada gadis itu.
"Nggak usah. Gue udah biasa sendiri," jawab Ginny sok-sokan sewot. Padahal ia sungguh berterima kasih pada Pijar yang sudah berulang kali menolongnya.
Ginny yang terburu-buru turun dari mobil sembari mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya sampai tidak menyadari ada sesuatu yang terjatuh dari sana.
"Obat lo, tuh." Heksa menurunkan kaca mobilnya untuk memberi tahu Ginny.
Ada dua jenis obat dalam dua kantong plastik kecil. Heksa membuka pintu mobilnya. Berniat mendekat agar bisa melihat detail obat milik Ginny. Namun sebelum Heksa sampai di tempatnya, Ginny buru-buru memungut obat itu.
"Pasca gue nyaris tenggalam dan koma, gue masih harus rutin minum obat," jelas Ginny tanpa diminta.
Heksa mengangguk-angguk saja. Kemudian ia teringat dengan sesuatu. "Gue tadi dari rumah lo buat ngecek CCTV-nya. Tapi ternyata rusak."
Tanpa bermaksud apa-apa, Heksa menceritakan itu. "Trus gue mau cari informasi lagi, tapi gue nggak bisa konsen karena PIjar ngomong ke gue kalo dia khawatir banget sama lo."
Heksa mengangkat bahu lalu mundur dua langkah kembali menuju mobilnta.
"Sa!" Ginny tiba-tiba memanggilnya.
"Sampein makasih gue ke Pijar."
Heksa merasa salah dengar. Ia berhenti lalu menoleh ke belakang. "Apa? Gue kagak denger!"
Di detik itulah Heksa menekan remote mobilnya hingga kaca jendela tempat Pijar duduk juga ikut terbuka.
"Sampein makasih gue ke Pijar!"
Teriakan Ginny tentu terdengar sampai mobil. Pijar mengangkat jempol kemudian membentuk simbol love sign yang di tujukan untuk gadis itu.
Heksa beringsut masuk mobil. Menoleh ke kursi belakang sambil menggerutu, "dua tahun pacaran nggak pernah gue dikasih begituan. Boro-boro sarangheo, yang ada malah sarang tawon."
Willy terkikik geli. Sementara pengacara Mama Andre yang sibuk meneliti berkas-berkas kliennya, tampak tak bisa berkosentrasi. Otaknya terdistract dengan obrolan tidak bermutu para remaja disekitarnya.
Sebelum kembali mengemudi, Heksa menyalakan musik mobilnya. Tak seperti biasanya yang selalu memilih genre lagu rock, kali ini Heksa hanya ingin mendengar instrumen dari lagu klasik saja.
berharap bisa menangkan pikirannya juga mengusir rasa penasarannya akan sesuatu yang sejak tadi mengusik hatinya.
***
Tak sedetik pun Andre melepas genggaman tangannya pada Sang Mama. Tangan lembut dari sosok wanita pekerja keras yang selama ini berjuang membesarkan putra putrinya seorang diri. Seharusnya seperti itu saja. Selamanya. Maka kejadian yang tak diharapkan itu tidak akan terjadi. Seandainya Sang Mama hanya fokus pada keluarga, mungkin Papa Ginny tidak akan memiliki celah untuk masuk ke kehidupan wanita itu.
Namun takdir tak ada yang bisa mengontrol. Bahkan meski Andre sudah melihat sendiri bagaimana hubungan keduanya di masa depan, ia tidak bisa menghentikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/225466645-288-k117338.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)
FantasyYANG SERI 1, BACA DI WATTPAD BELIA WRITING MARATHON UP SETIAP SENIN DAN KAMIS Masih ada cerita yang belum terselesaikan. Masih ada misi yang harus dilanjutkan. Dengan atau tanpa bantuan, aku akan berusaha menjaga lilin-lilin itu agar tetap bepijar. ...