YANG SERI 1, BACA DI WATTPAD BELIA WRITING MARATHON
UP SETIAP SENIN DAN KAMIS
Masih ada cerita yang belum terselesaikan.
Masih ada misi yang harus dilanjutkan.
Dengan atau tanpa bantuan, aku akan berusaha menjaga lilin-lilin itu agar tetap bepijar.
...
*** Heksa sudah bersiap di balik kemudinya.. Ponselnya dipasang pada sebuah alat yang menempel di dashboard. Agar selama mengemudi nanti, ia masih bisa telepon-teleponan dengan sang pacar. ALERT! BUCIN DETECTED!
"Haish, gara-gara lo nyuruh gue ngikutin Si Jin Iprit, gue jadi beli alat nggak penting." Buang-buang duit aja."
Ternyata lebih karena terpaksa, Gengs. Bukan karena bucin ke Pijar.
"Kan biar lo nggak kesusahan nyetir sambil teleponan, Sa." Pijar tersenyum tipis. Seolah sudah memahami karakter pacarnya itu.
Meski Heksa selalu ngomel-ngomel dan terkesan terpaksa ketika membantunya, tapi sebenarnya Heksa tulus melakukan semua itu.
"Jin iprit belum keliatan. Ck, buang-buang waktu berharga gue aja. Gue ini selebgram hitz SMA Rising Dream. Jadwal gue padat. Mana sekarang kagak diga-"
Omelan Heksa terjeda. Dari kaca spionnya ia melihat Ginny baru saja keluar kelas bersama kedua temannya yang dilihat Heksa saat istirahat tadi.
"Kayak mau nyebrang aja pake acara gandengan."
Entah kenapa, mulut Heksa pasti gatal kalau tidak mengomentari apa pun yang ada pada Ginny.
"Yaudah, gue caw dulu buat jalanin misi, Zom."
Baru saja Heksa hendak membelokkan kemudinya sebelum tiba-tiba ia mendengar jendela belakang diketuk-ketuk oleh seseorang.
"Apaan, si?" tanya Heksa sambil membuka kaca jendela kursi belakang.
"Gue sama Andre nebeng, ya." Willy nyengir lalu mengulurkan tangannya melewati jendela yang setengah terbuka untuk membuka kunci pintu mobil.
"Ogah-"
Heksa terlambat mencegah. Sahabatnya yang tidak tahu diri itu sudah duduk manis di kursi belakang. Sementara Andre seperti biasa dengan tenang masuk mobil lalu duduk di samping pengemudi.
"Lo nggak bawa mobil, Ndre?"
"Mobilnya Andre mogok!" Willy menjawab cepat.
Sebelah alis Heksa naik. "Bukannya tadi pagi nggak papa, ya? Lagian minggu kemarin, kan, baru aja lo service."
Andre mengangkat bahunya. "Yah, mungkin kumat lagi."
Jawaban Andre tentu tidak memuaskan Heksa. Ada yang aneh. Walau di antara mereka bertiga memang Heksa yang paling bego, tapi gelagat Andre sungguh mencurigakan.
"Coba gue cek, ya." Heksa sudah bersiap keluar mobil karena ia memang lumayan paham soal mesin. Namun Willy malah menahannya.
"Sa, buruan anterin pulang sekarang! Pelit beet deh lo! Ntar duit bensinnya gue ganti." Willy merengek.