36. KENANGAN

505 108 21
                                    

Komuk Heksa nungguin bedug Maghrib!

Komuk Heksa nungguin bedug Maghrib!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari demi hari kondisi Ginny semakin membaik. Tubuhnya tidak lagi lemah setelah beristirahat cukup lama di rumah. Sesekali ia juga bepergian keluar untuk menghirup udara segar. Asal tidak terlalu lelah, ia diberi kebebasan beraktivitas seperti biasanya. Yang penting harus tetap beristirahat dan tak boleh bekerja full dari pagi sampai malam.

Rencananya besok Ginny masuk sekolah. Jadi pagi ini setelah bangun tidur ia mulai melakukan ritual perawatan kecantikan wajahnya.

"Duh, krim pagiku mana, ya?"

Asisten rumah tangga yang ditugaskan mengurusi Ginny, segera membantu gadis itu mencari benda yang dimaksud.

"Ini ya, Non?"

Ginny menggeleng kesal. "Aduh, Bi. Itu fondation sebelum bedakan. Bibi mah nggak tahu apa-apa."

Rupanya masih menyebalkan. Batin Si Bibi, padahal udah hampir nyaris is dead, ternyata sifatnya belum berubah. Masih ada sisa-sisa sifatnya yang menjengkelkan.

Ketika gadis itu sedang meneliti laci meja riasnya, ia malah menemukan benda lain yang menarik perhatiannya. Undangan pernikahan Papanya dan Mama Andre. Tinggal beberapa hari lagi acara itu dilaksanakan. Tapi tiba-tiba ada secuil perasaan tak enak di hatinya.

"Papa mana, Bi?"

"Dari semalam belum pulang, Non. Kayaknya lagi sibuk nyiapin pernikahannya."

Usai membantu Ginny menyiapkan kebutuhannya pagi itu, Bi Mimin pamit kembali ke dapur. .

Tinggallah Ginny di kamarnya sendirian. Sepi. Barang-barang mewah serta lengkapnya fasilitas di kamar itu tak membuat suasana hatinya membaik. Sampai tiba-tiba ia mendengar notifikasi pesan masuk di ponselnya.

From : 081xxxxxxx
Hi, Ginny. Kamu sudah sehat? Bosen ya di rumah?? Nanti aku ajak nonton bola mau, nggak? Hihi.

Oh, iya. Ini Pijar. Pasti nomerku belum disimpan, kan? Jangan lupa disimpan, ya.

Tangan Ginny yang memegang ponsel  menggenggamnya semakin erat. Ia bimbang. Setelah berpikir cukup lama akhirnya jari-jemarinya mulai mengetikkan sesuatu.

"Hah? Lo ngajakin Ginny nyetadion bareng?"

Di teras rumah Pijar, suara Heksa yang mencak-mencak membuat beberapa orang yang melintas sampai menoleh. Tangan cowok itu terangkat. Geregetan seperti hendak menerkam Pijar. Syok berat begitu ia meminjam ponsel Pijar dan menemukan ada notifikasi masuk dari Ginny.

"Dan dan.. Plot twist nya Ginny ngeiyain?" Heksa bertepuk tangan menyindir Pijar. "Bagus, kerjamu, Nak. Kamu telah mengacaukan acara kita."

"Kan makin rame makin seru, Sa." Pijar membela diri.

HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang