10 : REBUTAN

6.9K 1.3K 1.5K
                                    

Setelah kemarin Story Calling 3000 kata, HBD juga 3000 kata nih.
Mana lopeeee lope yang banyak buat aku?

Survey dulu, dong!

Setelah baca Happy Birth-die, kamu jadi :
1. Ikonic Dadakan
2. Takut tiup lilin pas ultah

(Kalau aku, jujur dua-duanya, sih) wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kalau aku, jujur dua-duanya, sih) wkwkw

***

Benar kata Heksa. Agar bisa menyumpahi seseorang, Vanila harus membuat masalah dulu dengan orang yang bersangkutan.

Jadi tak usah heran, jika kali ini Vanila sengaja memancing kemarahan Ginny, dengan menyambar gaun yang nyaris dipilih gadis itu..

Padahal faktanya, hanya melirik gaun itu saja sudah membuat Vanila bergidik ngeri. Bagian roknya berenda, dengan belahan dada yang lumayan rendah, juga bulu-bulu angsa tipis di bagian lengan kanan kirinya. Mungkin gaun itu sengaja dirancang untuk gadis-gadis feminim, yang cewek banget gitulah.

"Cih, norak banget." Vanila membatin sembari menatap ilfeel gaun putih yang kini ada di tangannya.

"Ini gue duluan yang ambil." Ginny menyambar gaun putih dari tangan Vanila.

"Enak aja! Lo dari tadi cuma pegang-pegang gaunnya doang, tapi nggak lo ambil dari rak! Salah siapa kalo akhirnya gue duluan yang ambil?" Vanila mendelik sambil berkacak pinggang. Apalagi karena tingginya jauh di atas Ginny, ia merasa lebih berkuasa.

"Heh, gaun ini, tuh, nggak cocok buat cewek modelan kayak lo. Butuh kaca? Noh, banyak, di kamar pas." Tak ingin mengalah begitu saja, Ginny semakin mengeratkan genggamannya pada gaun itu.

Lantai dua Butik Fashionku yang mulanya lengang, mulai dipenuhi pengunjung. Orang-orang berkerumun di satu titik. Bukan untuk berbelanja, melainkan karena penasaran dengan keributan Vanila dan Ginny yang terdengar sampai lantai bawah.

"Lo udah pernah liat bintang dari deket belom?" tanya Vanila tiba-tiba merubah topik pembicaraan.

Bodohnya, Ginny pun terpancing. Ia menggeleng bingung, menanti kelanjutan ucapan Vanila.

"Sini gue lempar biar lo temangsang di ujung Monas!" sembur Vanila. Ia mengentak maju dengan sepasang tangan terangkat seperti hendak menerkam lawannya.

Ginny memundurkan wajahnya. "What's the meaning temangsang? Hah, ternyata bukan cuma penampilannya doang yang nggak fashionable, cara bicara lo juga norak. Kampungan," ucapnya sinis lalu mendekati Vanila. "Jamet."

Kalau Brilian tidak segera menepuk-nepuk bahunya, mungkin Vanila sudah melesatkan bogem ke wajah Ginny.

"Mending sekarang lo pergi dari sini trus masuk ke butik cowok. Cari tuh celana robek-robek sama rompi loreng. Cocok banget sama karakter lo yang urakan kayak kucing garong," tukas Ginny penuh percaya diri. Ia merasa berhasil membalikkan situasi.

HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang