FH : 2. Mimpi buruk

56 13 0
                                    

(✿⁠)✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(✿⁠)✿


"Hyuvanaka Kailendra! Sini kamu!"

"I-Iya Pa.."

Kai berjalan sembari menunduk setelah mendengar teriakan yang selalu ia benci dari Ayahnya. Teriakan itu menandakan ancaman yang cukup membuat Kai trauma setelah mendengarnya.

Pyar!

"Apa-apaan kamu?! Nilai hanya 85?! Kamu ini mau jadi apa kalau nilai Bahasa Indonesiamu saja begini?!!" bentaknya dihadapan anaknya yang masih berumur 12 tahun.

Kai hanya menangis, menahan rasa takutnya saat Ayahnya memecahkan barang dan mulai mengomel padanya.

"M-Maafin Kai, Pa.." ungkapnya dengan nada yang sedikit tersendat karena menangis.

"Maaf?! Kamu ini sudah Papa besarkan! Setidaknya beri ucapan terimakasih dengan nilaimu yang tinggi! Bisa-bisanya kamu kalah dengan Dirga yang bahkan setahun yang lalu dia juara 4 paralel kelas?!" lagi dan lagi, tangisan Kai kali ini tidak ingin terdengar oleh Ayahnya, ia sama sekali tidak ingin dihukum dengan dimasukkan dan dikancing didalam kamar mandi gelap selama 12 jam disana hanya karena cengeng saat dimarahi.

"Papa ini sudah membayar uang Rumah Sakit Mamamu selama setahun lebih! Dan itu tidak murah, Kai! Dan kamu malah enak enakan mencari nilai bahkan cuma dapat 85 begini?!" tak habis fikir, setelah usai memarahi Kai, dia menarik anak yang masih berusia 12 tahun itu masuk kedalam kamar anaknya dan membantingnya secara kasar hingga anak itu terbentur lemari bajunya sendiri.

Sudah pasti tangisannya semakin menjadi-jadi apabila Ayah yang ia sebut Ayah itu membantingnya secara kasar hingga terbentur lemari, bahkan hingga sikutnya berdarah.

"Papa tidak mau tahu kamu harus belajar lebih giat! Tidak ada jam main! Hp, Laptop, Tv, bahkan game kamu Papa sita!" ucapnya lalu membanting pintu kamar Kai dan menguncinya dari luar.

Hal yang menjadi mimpi buruk Kai selama 14 tahun hidup adalah Ayahnya, bersyukur saat ini Kai dapat terbebas dari jeratan hidup bersama Ayahnya. Bersyukur ia dapat menghirup udara segar meski tidak lagi hidup dengan orangtuanya, orangtua yang dalam bayangannya adalah orangtua yang dapat memberikan kehangatan dalam keluarga, keharmonisan, bahkan kalaupun bisa Kai ingin ia pergi bersama Mamanya yang telah tiada dibandingkan harus tinggal bersama Papanya yang seperti itu.

------------------------

"Mama..!!" Kai terbangun dari tidurnya.

Bisa-bisanya dia tertidur saat sedang mencatat tugasnya dikelas? Bahkan kelas sekarang ini sudah kosong tak berpenghuni, hanya ada dirinya dan suara riuh yang berasal dari lapangan bawah.

Kai mengusap kedua matanya, mencoba mengumpulkan nyawanya sebelum beberes untuk pulang menuju apartemennya.

"Mimpi buruk itu lagi.." gumam Kai sembari memasukkan alat tulis kedalam kotak pensilnya.

Flower Heart -Hyuna-  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang